Rabu 13 Jan 2021 14:23 WIB

Indonesia Mendapatkan Dana Iklim Inggris

Program yang nantinya akan didukung mencakup konservasi laut dan menjaga hutan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Petugas melakukan pengecekan terumbu karang di perairan Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (21/9/2020). Terumbu karang yang merupakan hasil transplantasi oleh nelayan Bangsring sejak tahun 2009 di kawasan konservasi seluas 15 hektar itu, saat ini sudah menjadi tempat berbagai jenis biota laut.
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Petugas melakukan pengecekan terumbu karang di perairan Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (21/9/2020). Terumbu karang yang merupakan hasil transplantasi oleh nelayan Bangsring sejak tahun 2009 di kawasan konservasi seluas 15 hektar itu, saat ini sudah menjadi tempat berbagai jenis biota laut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menjadi salah satu negara yang mendapatkan Dana Iklim Inggris untuk mendukung pelestarian alam. Program yang nantinya akan didukung mencakup konservasi laut, proyek menjaga hutan, menangani perdagangan kayu ilegal, dan inisiatif untuk melestarikan habitat.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sebelumnya telah menyatakan memberikan sekurangnya tiga miliar Poundsterling atau Rp 57 triliun selama lima tahun ke depan. Dana tersebut digunakan untuk solusi perubahan iklim yang melindungi dan mengembalikan alam serta keanekaragaman hayati yang berasal dari alokasi 11,6 miliar Poundsterling untuk dana iklim internasional.

Baca Juga

"Inggris telah memimpin di bidang ini, berkomitmen untuk melindungi 30 persen dari daratan dan lautan kami sebelum akhir dekade ini dan hari ini. Kami menjanjikan setidaknya tiga miliar Poundsterling untuk mendukung alam dan keanekaragaman hayati," ujar Johnson dalam acara One Planet Summit melalui siaran pers yang diterima Republika, Rabu (13/1).

Johnson menyinggung keanekaragaman hayati mengalami penurunan yang sangat tajam dan lebih cepat saat ini sepanjang sejarah manusia. Ada penurunan 68 persen populasi mamalia, burung, ikan, reptil, dan amfibi selama empat dekade terakhir serta 1,3 juta kilometer persegi hutan hilang antara 1990-2016, setara dengan 800 lapangan sepak bola per jam.

Kondisi ini membuat Inggris meminta kerja sama dari komunitas global untuk mendorong perubahan ambisius. Agar bisa mencapai itu, maka dibutuhkan investasi dalam melindungi planet yang memiliki keanekaragaman alam, termasuk dengan menyalurkannya ke Indonesia.

"Di Indonesia, kami mendukung penciptaan sistem FLEGT, sarana nasional untuk memverifikasi kayu yang diekspor berasal dari sumber yang sah, menjadikan Indonesia negara pertama di dunia yang memenuhi syarat untuk akses yang lebih diminati ke pasar Uni Eropa," kata Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkin.

Jenkin menyinggung Inggris mengeluarkan sekitar 1 miliar dolar per tahun untuk menjadikan Indonesia memenuhi syarat tersebut. Terlebih lagi, menurutnya, Inggris pun mendukung Pemerintah Indonesia dalam upaya kepeloporannya dalam mengembangkan standar Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil).

"Kerja sama yang saling menguntungkan kedua negara dan memperkuat hubungan Indonesia dan Inggris," kata Jenkin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement