REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Widyastuti mengungkapkan, hingga per 12 Januari 2021 tercatat tingkat keterisian tempat tidur Covid-19 di ruang ICU sebesar 83 persen dan di ruang isolasi mencapai 88 persen. Pihaknya pun melakukan berbagai upaya untuk tetap memenuhi kebutuhan pasien Covid-19.
Salah satunya melakukan refungsi terhadap rumah sakit. Ia menjelaskan, rumah sakit khusus daerah yang awalnya hanya memberi perawatan kesehatan jiwa diubah menjadi rumah sakit yang mampu memberi pelayanan Covid-19.
Salah satu contoh refungsi rumah sakit itu adalah rumah sakit khusus Duren Sawit Jakarta Timur. "Itu adalah rumah sakit kita yang memiliki kapasitas tempat tidur untuk Covid lebih dari 200. Padahal tadinya itu rumah sakit khusus untuk kesehatan jiwa, bukan rumah sakit umum. Tapi kami telah merefungsi," kata Widyastuti saat dihubungi, Rabu (13/1).
Upaya lainnya, sambung Widyastuti, adalah melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Mulai dari pihak swasta, rumah sakit milik BUMN, TNI, Polri untuk menambah jumlah kapasitas tempat tidur untuk pasien Covid-19.
Contohnya, jelas dia, yakni Rumah Sakit Universitas Kristen Krida Wacana (RS Ukrida Jakarta Barat yang baru saja diresmikan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Senin (11/1) lalu. Widyastuti menyebut, RS Ukrida merupakan hasil kolaborasi tiga pihak, yaitu rumah sakit swasta, rumah sakit BUMN, dan pemerintah dalam hal ini Dinkes DKI yang didukung oleh Kemenkes.
"Kami ada rumah sakit baru, RS Ukrida dimana sarananya disiapkan swasta dari pihak RS Ukridanya, tapi dari manajerial, SDM disiapkan oleh BUMN, Pertamedika," tuturnya.
"Nah, peran Dinkes memberi regulasi, memfasilitasi, dan menyiapkan tempat dan akomodasi bagi tenaga kesehatannya. Jadi, ini bentuk pertama mungkin di Indonesia bagaimana kami bersinergi dalam satu rumah sakit dikuatkan oleh tiga pihak," sambung dia menjelaskan.
Widyastuti mengatakan, kolaborasi seperti ini masih akan terus dilakukan untuk membantu penanganan Covid-19 di Jakarta. "Strategi ini belum selesai. Kalau ini sukses, kami akan replikasi seandainya ada rumah sakit-rumah sakit swasta atau rumah sakit lain yang bisa kita terapkan dengan pola kolaborasi tadi," imbuhnya.
Dia pun memastikan bahwa pihaknya akan tetap menjaga keseimbangan penggunaan rumah sakit yang ada di seluruh wilayah Ibu Kota. Sebab, kata dia, rumah sakit tidak hanya diperlukan bagi penanganan pasien Covid-19. Namun, ada pula pasien yang mengidap penyakit lainnya dan membutuhkan perawatan di rumah sakit.
"Kami harus juga menjaga keseimbangan bahwa di DKI ini bukan hanya Covid ya, ada masalah lain, sehingga itu kami jaga sehingga tetap terisi," jelas Widyastuti.