REPUBLIKA.CO.ID, oleh Flori Sidebang, Antara
Idealnya angka keterisian rumah sakit ada di angka 60 persen. Di DKI Jakarta, pandemi Covid-19 membuat angka keterisian yang ideal sudah lama tidak terjadi.
Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mencatat kapasitas tempat tidur di ruang isolasi maupun ruang Intensive Care Unit (ICU) bagi perawatan pasien Covid-19 di Ibu Kota telah menembus 80 persen. Berdasarkan data hingga per 12 Januari 2021, tercatat tingkat keterisian tempat tidur di ruang ICU sebesar 83 persen dan di ruang isolasi mencapai 88 persen.
"Jadi tempat tidurnya (isolasi) 7.546 per 12 Januari, kemudian ICU ada 1.012. Keterpakaiannya untuk isolasi 88 persen, dan ICU 83 persen," kata Kepala Dinkes DKI Jakarta, Widyastuti saat dikonfirmasi, Rabu (13/1).
Widyastuti menjelaskan, berdasarkan jumlah tersebut sebanyak 28 persen tempat tidur di ruang isolasi diisi oleh para pasien Covid-19 dari luar Jakarta. Sebab, jelas dia, Dinkes DKI memang tetap melayani bagi warga dari mana pun, bahkan dari luar kota yang membutuhkan perawatan.
"DKI Jakarta itu 28 persen terisi oleh warga luar DKI, tentu kami berbagi dengan siapapun yang membutuhkan," ujarnya.
Meski demikian, Widyastuti memastikan pihaknya akan tetap menjaga keseimbangan penggunaan rumah sakit yang ada di seluruh wilayah Ibu Kota. Sebab rumah sakit tidak hanya diperlukan bagi penanganan pasien Covid-19. Ada pula pasien yang mengidap penyakit lainnya dan membutuhkan perawatan di rumah sakit.
"Kami harus juga menjaga keseimbangan bahwa di DKI ini bukan hanya Covid ya, ada masalah lain, sehingga itu kami jaga sehingga tetap terisi," jelas Widyastuti.
Pemprov melakukan sejumlah upaya untuk mengantisipasi keterisian tempat tidur di isolasi dan ruang ICU yang hampir penuh. Caranya dengan refungsi rumah sakit. Dia menjelaskan, rumah sakit khusus daerah yang awalnya hanya memberi perawatan terhadap kesehatan jiwa diubah menjadi rumah sakit yang mampu memberi pelayanan Covid-19.
Salah satu contoh refungsi rumah sakit itu adalah rumah sakit khusus Duren Sawit Jakarta Timur. "Itu adalah rumah sakit kita yang memiliki kapasitas tempat tidur untuk Covid-19 lebih dari 200. Padahal tadinya itu rumah sakit khusus untuk kesehatan jiwa, bukan rumah sakit umum. Tapi kami telah merefungsi," papar dia.
Upaya lainnya, sambung Widyastuti, adalah melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Mulai dari pihak swasta, rumah sakit milik BUMN, TNI, Polri untuk menambah jumlah kapasitas tempat tidur dalam menangani pasien Covid-19.
Contohnya, jelas dia, yakni Rumah Sakit Universitas Kristen Krida Wacana (RS Ukrida0 Jakarta Barat yang baru saja diresmikan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Senin (11/1) lalu. Widyastuti menyebut, RS Ukrida merupakan hasil kolaborasi tiga pihak, yaitu rumah sakit swasta, rumah sakit BUMN, dan pemerintah dalam hal ini Dinkes DKI yang didukung oleh Kemenkes.
"Kami ada rumah sakit baru, RS Ukrida dimana sarananya disiapkan swasta dari pihak RS Ukridanya, tapi dari manajerial, SDM disiapkan oleh BUMN, Pertamedika," tuturnya.
"Nah, peran Dinkes memberi regulasi, memfasilitasi, dan menyiapkan tempat dan akomodasi bagi tenaga kesehatannya. Jadi, ini bentuk pertama mungkin di Indonesia bagaimana kami bersinergi dalam satu rumah sakit dikuatkan oleh tiga pihak," sambung dia menjelaskan.
Widyastuti mengatakan, kolaborasi seperti ini masih akan terus dilakukan untuk membantu penanganan Covid-19 di Jakarta. "Strategi ini belum selesai. Kalau ini sukses, kami akan replikasi seandainya ada rumah sakit-rumah sakit swasta atau rumah sakit lain yang bisa kita terapkan dengan pola kolaborasi tadi," imbuhnya.