Beruang madu berperilaku jinak dan mendekati sumber air.
REPUBLIKA.CO.ID, LUBUKBASUNG -- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatra Barat, menduga kemunculan beruang madu atau Helarctos malayanus ke pemukiman warga di kawasan Kelok 44 karena mengalami sakit. Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam, Ade Putra mengatakan perilaku beruang sangat jinak.
"Sering mendekati permukiman warga mencari buah-buhan dan sumber air. Ini berdasarkan keterangan saksi mata yang melihat kemunculan satwa tersebut," kata dia, Rabu (13/1).
Dari prilaku beruang dalam kondisi sakit, tambahnya satwa itu mencari permukiman warga yang terdapat tanaman buah-buahan. Selain itu, beruang madu tersebut sering kehausan saat sakit dan lainnya.
"Dari enam kali kemunculannya, sering ditemukan di sumber air," katanya.
Ia mengatakan, petugas KSDA Agam masih memantau kemungkinan beruang itu muncul kembali. Apabila sudah diketahui pola pegerakkan akan dievakuasi dengan perangkap atau bius.
"Beruang itu akan direhabilitasi dan penanganan medis apabila tertangkap," katanya.
Satwa liar yang dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya sudah enam kali muncul di permukiman warga sejak 5 Oktober 2020 sampai pertengahan Januari 2021.
REPUBLIKA.CO.ID, LUBUKBASUNG -- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatra Barat, menduga kemunculan beruang madu atau Helarctos malayanus ke pemukiman warga di kawasan Kelok 44 karena mengalami sakit. Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam, Ade Putra mengatakan perilaku beruang sangat jinak.
"Sering mendekati permukiman warga mencari buah-buhan dan sumber air. Ini berdasarkan keterangan saksi mata yang melihat kemunculan satwa tersebut," kata dia, Rabu (13/1).
Dari prilaku beruang dalam kondisi sakit, tambahnya satwa itu mencari permukiman warga yang terdapat tanaman buah-buahan. Selain itu, beruang madu tersebut sering kehausan saat sakit dan lainnya.
"Dari enam kali kemunculannya, sering ditemukan di sumber air," katanya.
Ia mengatakan, petugas KSDA Agam masih memantau kemungkinan beruang itu muncul kembali. Apabila sudah diketahui pola pegerakkan akan dievakuasi dengan perangkap atau bius.
"Beruang itu akan direhabilitasi dan penanganan medis apabila tertangkap," katanya.
Satwa liar yang dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya sudah enam kali muncul di permukiman warga sejak 5 Oktober 2020 sampai pertengahan Januari 2021.