REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Militer Iran meluncurkan latihan rudal angkatan laut jarak pendek pada Rabu (13/1). Latihan ini digelar pada saat terjadi ketegangan tinggi antara Teheran dan Washington.
Iran memiliki salah satu program rudal terbesar di Timur Tengah. Teheran mampu melakukan pembalasan penting terhadap AS dan musuh lainnya jika terjadi perang.
Barat melihat rudal Iran baik sebagai ancaman militer konvensional terhadap stabilitas regional. Mereka juga khawatir dengan kemungkinan pengembangan senjata nuklir Iran.
TV pemerintah Iran melaporkan, kapal perang buatan Iran Makran, yang oleh media pemerintah digambarkan sebagai kapal perang terbesar Iran dengan helikopter pad, dan kapal peluncur rudal bernama Zereh (baju besi) ikut serta dalam latihan dua hari di Teluk Oman.
Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran telah meningkat sejak 2018, ketika Presiden Donald Trump membatalkan kesepakatan nuklir 2015. Amerika Serikat mengembalikan sanksi keras untuk menekan Iran agar merundingkan pembatasan yang lebih ketat, pada program nuklirnya, pengembangan rudal balistik, dan dukungan untuk pasukan proksi regional.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi konfrontasi berkala antara militer Iran dan pasukan AS di Teluk. Karena itu, Teheran mengadakan latihan tahunan untuk menunjukkan kekuatan militer Republik Islam untuk menghadapi "ancaman asing".
Pekan lalu, Korps Pengawal Revolusi Iran menangkap sebuah kapal tanker berbendera Korea Selatan di perairan Teluk dan menahan awaknya di tengah ketegangan antara Teheran dan Seoul. Iran meminta Korsel mencarikan dna yang dibekukan di bank-bank Korea Selatan karena sanksi AS.