REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan akan 'sangat problematik' bila Ankara membatalkan pembelian sistem pertahanan S-400s Rusia. Tapi ia mengungkapkan harapannya agar perselisihan dengan Amerika Serikat (AS) mengenai hal itu dapat diselesaikan melalui jalur dialog.
Akar juga menegaskan Turki dalam pembicaraan dengan Rusia untuk pembelian sistem pertahanan S-400 yang kedua. Bulan lalu AS memberikan sanksi pada kepala Direktorat Industri Pertahanan Turki, Ismail Demir dan tiga pegawai direktorat lainnya lalu usai Ankara membeli S-400s.
"Situasinya sangat problematik untuk membatalkannya dari titik awal kami, kami mengundang (Amerika) untuk menjaga jarak dari bahasa mengancam seperti memberikan sanksi," kata Akar di Ankara, Kamis (14/1).
"Kami ingin solusi masalah ini melalui dialog, bila pihak AS ingin solusi maka solusi dapat ditemukan dengan kerja di level teknis," tambahnya.
Sanksi Washington itu diberlakukan saat hubungan Turki dan AS sedang renggang. Presiden terpilih Joe Biden yang akan mengambil sumpah jabatan pada 20 Januari mendatang akan menggantikan Donald Trump. Di masa lalu Biden kritis terhadap kebijakan Presiden Tayyip Erdogan.
Turki membela keputusan membeli sistem pertahanan S-400s dari Rusia. Alasannya mereka membutuhkannya karena tidak mendapatkan sistem pertahanan udara yang memuaskan dari sekutu NATO mereka.
Washington mengatakan S-400s dapat menjadi ancaman bagi pesawat tempur F-35 dan sistem pertahanan NATO. Turki membantahnya dan mengatakan S-400s mereka tidak akan diintegrasikan dengan sistem pertahanan NATO.