Kamis 14 Jan 2021 14:31 WIB

Kiai Cholil Nafis: Saya Bersaksi Syekh Ali Jabir Orang Saleh

Kiai Cholil Nafis mempunyai kesan personal sosok Syekh Ali Jaber

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
KH Chalil Nafis bersama dengan Syekh Ali Jaber saat bersilturahim di Kantor MUI 2015 lalu
Foto: Dok Istimewa
KH Chalil Nafis bersama dengan Syekh Ali Jaber saat bersilturahim di Kantor MUI 2015 lalu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ketua Majelis Ulama Indonesia Indonesia (MUI) Bidang Dakwah, KH Chalil Nafis, mengatakan umat berduka atas wafatnya Syekh Ali Jabir. Menurutnya almarhum merupakan dai yang baik dan istiqamah dalam berdakwah. 

Untuk itu, pada kesempatan ini, dia menyampaikan kesaksian bahwa, Syekh Ali Jaber orang yang baik. "Saya bersaksi bahwa almarhum adalah orang Shalih dan dai yang istiqamah," katanya kepada Republika.co.id, Kamis (14/1).

Baca Juga

Kiai Cholil Nafis mendokan mudah-mudahan Syekh Ali Jaber husnul khatimah, diampuni segala dosanya dan diterima semua amal baiknya. "Allahummaghfir lahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu. Alfatihah...." ucap doa KH Cholil.

Menurutnya, Almarhum Syekh Ali Jabir adalah dai yang rendah hati. Dia tak segan sowan kepada ulama di MUI ketika ada perbedaan pendapat tentang suatu persoalan dalam ibadah qurban. 

"Saya punya pengalaman denga  almarhum pada 2015 lalu tentang perbedaan pendapatnya soal ibadah qurban. Kemudian disoal oleh publik. Maka dengan rendah hati dia datang ke MUI meminta maaf secara tertulis kepada umat Islam dan meminta bimbingan kepada ulama-ulama Indonesia," katanya. 

Dalam pergaulan keseharian dan interaksi personal, kata Kiai Cholil, Syekh Ali Jaber sangat rendah hati dan selalu menekankan persatuan. Cintanya kepada Indonesia tak diragukan meskipun lahir dan besar bahkan warga negara awalnya adalah Saudi Arabia.  "Tapi cintanya kepada NKRI sepenuh hati. Almarhum Menjadi Islam sebagai keyakinan yang mendorong cinta Indonesia," katanya. 

KH Cholil menambahkan, sebagai pendakwah, Syekh Ali Jaber rela membuat wadah dakwah dari koceknya berupa yayasan. Lalu sering datang ke pelosok negeri untuk enyampaikan dakwahnya. "Peristiwa ditusuknya pun tak menyurutkan almarhum untuk terus berdakwah ke daerah terpencil," katanya.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement