Kamis 14 Jan 2021 15:08 WIB

Neraca Dagang China Surplus 535 Miliar Dolar AS 

Surplus perdagangan China pada 2020 menjadi yang tertinggi yang pernah dilaporkan.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Barisan kontainer tersusun di Pelabuhan Qingdao di Provinsi Shandong, China, Selasa (1/9). Sepanjang 2020, ekspor China justru mengalami kenaikan hingga meningkatkan surplus perdagangannya menjadi 535 miliar dolar AS.
Foto: Chinatopix via AP
Barisan kontainer tersusun di Pelabuhan Qingdao di Provinsi Shandong, China, Selasa (1/9). Sepanjang 2020, ekspor China justru mengalami kenaikan hingga meningkatkan surplus perdagangannya menjadi 535 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Tekanan ekonomi akibat virus corona (Covid-19) dan perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) tidak menggoyahkan neraca perdagangan China. Sepanjang 2020, ekspor China justru mengalami kenaikan hingga meningkatkan surplus perdagangannya menjadi 535 miliar dolar AS. Nilai tersebut merupakan surplus tertinggi yang pernah dilaporkan China.

Ekspor China meningkat 3,6 persen dibandingkan 2019, menjadi 2,6 triliun dolar AS, membaik dari pertumbuhan 0,5 persen pada tahun sebelumnya. Data ini disampaikan Bea Cukai setempat pada Kamis (14/1).

Sedangkan, kinerja impor turun tipis 1,1 persen menjadi lebih dari 2 triliun dolar AS. Tetapi, pertumbuhannya menguat di paruh kedua setelah China menjadi ekonomi utama pertama yang bangkit kembali setelah pandemi.

China diketahui menjadi satu-satunya ekonomi besar yang tumbuh pada tahun lalu, sementara aktivitas di AS, Eropa dan Jepang turun. China sempat kontraksi 6,8 persen pada kuartal I 2020, namun kembali tumbuh 3,2 persen dan 4,9 persen pada kuartal II  dan III berturut-turut.

Seperti dilansir di AP News, Kamis, ekspor China ke AS naik 7,9 persen dibandingkan 2019 menjadi 45,2 miliar dolar AS. Realisasi ini terjadi di tengah kenaikan tarif terhadap sebagian besar barang China yang dilakukan pemerintahan Trump dalam perselisihan antara Beijing dengan Washington terkait teknologi dan keamanan.

Di sisi lain, impor barang-barang dari AS juga naik 9,8 persen menjadi 13,5 miliar dolar AS. Hal ini didorong oleh janji Beijing untuk membeli lebih banyak kedelai, gas alam dan komoditas ekspor AS lainnya sebagai bagian dari upaya gencatan senjata.

Eksportir China diuntungkan dengan adanya pembukaan kembali aktivitas ekonomi yang relatif lebih awal. Selain itu, permintaan terhadap masker dan persediaan medis buatan China pun terbilang tinggi.

Para eksportir China telah mengambil pangsa pasar dari pesaing asingnya yang kini masih menghadapi pembatasan akibat pandemi. Tapi, keuntungan ini diperkirakan akan menurun ketika vaksin virus corona diluncurkan dan aktivitas ekonomi negara lain kembali normal. Permintaan untuk barang-barang medis China pun sudah berkurang.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement