REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berniat menjadi produsen udang terbesar di dunia. Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi PKS Johan Rosihan mengatakan hal itu bisa saja dilakukan dengan pengembangan pengelolaan budidaya udang secara terpadu.
Saat ini, produksi udang di Indonesia baru didominasi beberapa provinsi seperti Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Lampung yang nilai produksinya masih jauh tertinggal dari negara lain. Capaian produksi udang tertinggi Indonesia pun baru mencapai 919.959 ton pada 2017. Kendati begitu, Johan menilai rencana melakukan pembukaan tambak udang seluas 200 ribu hektare masih sangat logis mengingat potensi sumberdaya akuakultur Indonesia sangat besar dengan total luas lahan indikatif mencapai 17,2 juta hektare.
"Jadi jika didukung dengan program dan anggaran yang jelas maka target tersebut realistis," ujar pria asal Sumbawa, NTB, tersebut saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Kamis (14/1).
Menurut Johan, KKP harus melakukan sejumlah persiapan dalam merealisasikan peningkatan produksi udang seperti meningkatkan daya dukung lingkungan dan sumberdaya udang, mempersiapkan pola pengembangan ekonomi nelayan dan masyarakat pesisir untuk melakukan budidaya udang, melakukan rehabilitasi mangrove dan ekosistem perairan, menyiapkan pengelolaan budidaya udang dan perikanan tangkap udang terpadu dengan sistem usaha berkelanjutan, serta memperkuat sektor pemasaran komoditas udang.
"Komoditas udang dapat dijadikan sebagai komoditas unggulan untuk dikembangkan KKP karena telah terbukti menghasilkan devisa negara yang besar," ucap Johan.
Berdasarkan penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB), kata Johan, potensi luas areal tambak udang di Indonesia mencapai 866.550 hektare di seluruh provinsi, namun selama ini masih dikelola secara tradisional. Johan mendorong KKP melakukan perbaikan konstruksi tambak, input teknologi, infrastruktur penunjang, modal usaha, dan keterampilan teknis terhadap petani tambak.