Kamis 14 Jan 2021 16:11 WIB

Mengapa WHO Tetapkan Efikasi Vaksin Covid Hanya 50 Persen?

Bahkan hanya 50 persen pun sudah bisa membuat perubahan keadaan pandemi.

Petugas kesehatan menunjukkan vaksin COVID-19 di Puskesmas Merdeka, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (14/1/2021). Sebanyak 1,2 juta tenaga kesehatan yang selama ini menjadi garda terdepan dalam penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia, menjalani vaksinasi Covid-19 tahap pertama yang dimulai Rabu (13/1).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Petugas kesehatan menunjukkan vaksin COVID-19 di Puskesmas Merdeka, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (14/1/2021). Sebanyak 1,2 juta tenaga kesehatan yang selama ini menjadi garda terdepan dalam penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia, menjalani vaksinasi Covid-19 tahap pertama yang dimulai Rabu (13/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah kematian akibat COVID-19 di dunia mendekati angka dua juta jiwa. Kini, semakin banyak negara yang mulai melakukan program vaksinasi.

Indonesia telah memulai program vaksinasi Rabu kemarin (14/1). Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama di Indonesia yang mendapat suntikan vaksin COVID-19 buatan Sinovac.

Baca Juga

Menurut petunjuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap perusahaan pembuat vaksin harus memastikan tingkat efikasi vaksin mereka sekurang-kurangnya adalah 50 persen. Angka ini sudah dicapai oleh pembuat vaksin yang dibuat di beberapa negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris dan Jerman.

Target efikasi 50 persen terlihat tidaklah tinggi. Beberapa pakar mengatakan hal tersebut, dan mungkin tidak akan cukup untuk mengembalikan dunia ke keadaan normal seperti sebelum COVID-19.

Apa yang disebut sebagai tingkat efikasi dan juga tingkat efektivitas?

Yang pertama perlu dipahami adalah beda tingkat efikasi dan tingkat efektivitas vaksin. Adrian Esterman, kepala bagian BioStatistika dan Epidemiologi di University of South Australia, Adelaide mengatakan kepada ABC jika perbedaannya sederhana.

"Tingkat efikasi adalah seberapa bagus vaksin itu bekerja dalam uji klinis. Tingkat efektivitas adalah bagaimana vaksin itu bekerja ketika sudah diberikan kepada masyarakat umum," kata Dr Esterman kepada ABC.

Artinya bila 100 orang divaksinasi dalam uji klinik dan tingkat efikasi menunjukkan 50 persen, berarti 50 orang yang divaksin itu akan kebal dari penyakit.

Namun, menurut Dr Esterman ketika vaksin yang sama diberikan kepada masyarakat umum, tingkat efikasinya bisa berbeda. Sebab, dalam uji coba, tidak semua lapisan masyarakat masuk dalam uji coba.

Menurut Pusat Penyakit Menular Amerika Serikat (CDC), tingkat efektivitas vaksin flu tahunan yang diberikan berkisar antara 40 sampai 60 persen. "Dalam uji coba, kita bisa memilih siapa yang akan menjadi relawan," kata Dr Esterman.

"Contohnya kita tidak akan memilih relawan seseorang yang sudah memiliki kanker stadium lanjut atau seseorang yang hamil.

"Namun di masyarakat, ada saja orang yang hamil dan yang lain memiliki kondisi kesehatan berbeda-beda, khususnya lansia yang sudah memiliki banyak kondisi kronis."

Untuk mengukur tingka efektivitas, perusahaan vaksin akan melakukan uji coba tahap keempat yaitu memantau dampak samping atau memantau masalah yang tidak diduga sebelumnya akan terjadi.

 

sumber : ABC.net
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement