REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim SAR gabungan menghimpun 67 kantong dari hasil pencarian terkait Sriwijaya Air SJ 182, Kamis (14/1). Puluhan kantong tersebut berisi bagian tubuh, serpihan pesawat, dan properti atau barang milik korban kecelakaan pesawat tersebut.
Direktur Operasional (Dirops) Basarnas Brigjen TNI Rasman M.S menyebutkan ada lima kali penyerahan objek pencarian pesawat jatuh dari Tim SAR gabungan ke Posko SAR Terpadu di Jakarta Intenational Container Terminal (JICT) 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Penyerahan pertama berasal dari kapal KN Karna milik Basarnas yang menyerahkan sebanyak 37 kantong berisi 36 bagian tubuh dan satu serpihan pesawat.
Penyerahan kedua berasal dari Kapal Kepolisian Air dan Udara (Polairud) yang membawa 10 kantong terdiri dari tiga kantong bagian tubuh dan tujuh serpihan pesawat dan potongan bagian besar pesawat.
Selanjutnya, kapal RIB Basarnas menyerahkan 16 kantong yang berisi 'body part'. Dan Kapal Bakamla menyerahkan dua kantong berisi serpihan pesawat serta properti korban.
Penyerahan terakhir pukul 19.05 WIB dari KRITjiptadi yang membawa dua kantong berisi serpihan pesawat dan properti barang pribadi para korban.
"Malam ini penyerahan kelima dari KRI Tjiptadi, obyek pencarian berupa dua kantong," kata Rasman.
Rasman menyebutkan penyerahan objek pencarian dari KRI Tjiptadi merupakan penyerahan terakhir untuk operasi pencarian dan pertolongan pada hari keenam.
Dengan penyerahan objek pencarian di hari keenam ini menambah jumlah temuan operasi SAR Sriwijaya Air SJ182, yakni untuk kantong berisi bagian tubuh jenazah sebanyak 196 kantong.
Semua objek temuan ini diserahkan oleh Basarnas kepada Tim Disaster Victim Identification (DVI) dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk ditindaklanjuti.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan terkait penemuan Cokpit Voice Recorder (CVR) yang menjadi salah satu fokus utama pencarian hari keenam operasi SAR.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 dengan rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.