Jumat 15 Jan 2021 04:38 WIB

Tim KIPI DKK Solo: Efek Samping Vaksin Covid-19 Minimal

Berdasarkan hasil uji klinis di Bandung ternyata efek samping yang ada tidak berat.

Rep: binti sholikah/ Red: Hiru Muhammad
Relawan mengusung poster bertuliskan Warga Pasar Gede Siap Divaksin saat aksi di Pasar Gede Solo, Jawa Tengah, Kamis (14/1/2021). Aksi tersebut sebagai dukungan program vaksinasi COVID-19 untuk memutus rantai penyebaran virus COVID-19.
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Relawan mengusung poster bertuliskan Warga Pasar Gede Siap Divaksin saat aksi di Pasar Gede Solo, Jawa Tengah, Kamis (14/1/2021). Aksi tersebut sebagai dukungan program vaksinasi COVID-19 untuk memutus rantai penyebaran virus COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Pemerintah Kota (Pemkot) Solo melaksanakan vaksinasi Covid-19 tahap pertama yang menyasar para tenaga kesehatan (nakes) pada Kamis (14/1). Pencanangan vaksinasi dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bung Karno.

Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo telah membentuk tim KIPI (Kejadian Ikutan Pascaimunisasi) sebagai antisipasi gejala ikutan setelah vaksinasi Covid-19. Tim KIPI memastikan efek samping vaksin Covid-19 ringan. Ketua Tim KIPI DKK Solo, Agus Joko Susanto, mengatakan, vaksin Sinovac yang digunakan oleh pemerintah saat ini merupakan vaksin mati sehingga efek sampingnya minimal.

"Ada rasa nyeri, kemerahan, pegal-pegal dan itu bisa hilang dalam satu sampai dua hari. Jadi minimal sekali untuk vaksin yang mati," jelasnya kepada wartawan, Rabu (13/1).

Dokter spesialis penyakit dalam tersebut menambahkan, vaksin tersebut sama seperti vaksin-vaksin lainnya yang sudah digunakan di Indonesia. Dia juga menyebut berdasarkan hasil uji klinis di Bandung ternyata efek samping yang ada tidak berat.

Vaksinasi tahap pertama ini diperuntukkan bagi tenaga kesehatan. Sedangkan untuk masyarakat umum, diperkirakan masih enam bulan lagi. Agus menyatakan, jika terjadi KIPI ringan, maka cukup dibawa ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat. Namun, jika terjadi KIPI berat, maka dibawa ke RSUD dr Moewardi. "Tapi selama ini vaksin dengan KIPI berat persentasenya kecil sekali," ujarnya.

Meski nantinya telah divaksin, dia mengimbau agar masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Sebab, vaksin hanya salah satu upaya untuk memutus penyebaran Covid-19. "Setelah divaksin harus tetap 4M, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan. Ada satu lagi sebenarnya, yakni meningkatkan imunitas kita, jadi ada 5M," ungkapnya.

Ketua tim imunisasi RSUD dr Moewardi tersebut menyatakan, masyarakat harus tetap menerapkan protokol kesehatan sampai ada pembuktian secara epidemologi bahwa Covid-19 sudah tidak mengancam. Dia bercerita, 100 tahun lalu ada pandemi flu di Eropa yang menyebabkan jutaan orang meninggal. Dibutuhkan waktu dua sampai tiga tahun hingga pandemi flu tersebut tereliminasi. "Selama belum bisa dieliminasi, maka protokol kesehatan harus tetap dipatuhi," tandasnya.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement