REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam akhir-akhir ini banyak dirundung duka, dengan ragam cobaan dan musibah. Satu diantara cobaan itu adalah wafatnya beberapa Ulama mu’tamad (ulama rujukan umat) yang setiap saat hadir sebagai lentera di tengah kegelapan yang menyelimuti kehidupan dunia saat ini.
Imam di Kota New York sekaligus Presiden Nusantara Foundation, Imam Shamsi Ali, menyatakan, salah satu di antara ulama yang telah mendahului umat adalah Syeikh Ali Saleh Jaber. Beliau, kata dia, seorang ulama yang ilmuan, saleh, mukhlis, dan insya Allah muhsin. Ulama yang selalu hadir dengan kesejukan dan penampilan moderasi sebagai jembatan pemersatu bagi seluruh elemen Umat dan bangsa.
Terdapat sebuah hadits yang tidak terlalu populer di kalangan sementara umat Muslim berbunyi: “Mautul-aalimi mushibatun laa tujbaru wa tsulmatun laa tusaddu, wa najmun thumisa mautu gabilatin aysaru min mauti aalimin,”. Yang artinya: “Kematian seorang alim itu adalah musibah yang tak tergantikan, lobang yang dapat ditambal. Wafatnya seorang alim bagaikan bintang yang padam. Bahkan meninggalnya satu suku (kampung) itu lebih ringan dari pada meninggalnya seorang ulama,”. Hadits ini diriwayatkan At-Thobarani.
Syeikh Ali Jaber, menurutnya, meninggalkan tidak saja ilmu. Tapi yang lebih penting lagi adalah ketauladanan dalam mempertahankan keimanan dan keilmuan dalam bingkai akhlakul karimah. Bahwa seberat dan sepelik apa pun tantangan yang dihadapi, seorang Mukmin tidak bokeh lepas kendali karakter moral seperti yang diajarkan secara prinsip oleh baginda Rasulullah SAW.
“Saya tidak akan berbicara banyak tentang Syeikh Ali. Beliau sedang tersenyum menghadap Rabbnya. Beliau sedang bersenandung dalam keindahan ridho Ilahi,” kata Imam Shami Ali dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (15/1).
BACA JUGA: Seorang Pria Dihukum Mati di Suriah Karena Beragama Kristen? Cek Faktanya