REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah meluncurkan proposal paket stimulus senilai 1,9 triliun dolar AS. Dana itu akan digunakan untuk memulihkan perekonomian dan mempercepat tanggapan Negeri Paman Sam terhadap pandemi Covid-19.
“Tidak sulit untuk melihat bahwa kita berada di tengah krisis ekonomi yang terjadi sekali dalam beberapa generasi dengan krisis kesehatan masyarakat yang terjadi sekali dalam beberapa generasi. Krisis penderitaan manusia yang mendalam sudah terlihat jelas dan tidak ada waktu untuk disia-siakan. Kita harus bertindak dan kita harus bertindak sekarang," kata Biden dalam pidatonya pada Kamis (14/1) malam waktu setempat.
Dari stimulus tersebut, dana sebesar satu triliun dolar AS akan digunakan untuk bantuan langsung ke rumah tangga. Kemudian sebanyak 415 miliar dolar AS dialokasikan untuk mendukung tanggapan terhadap pandemi, termasuk vaksin Covid-19.
Sebanyak 440 miliar dolar AS lainnya dianggarkan untuk pelaku usaha kecil dan komunitas yang sangat terpukul oleh pandemi. Paket stimulus tersebut mencakup kenaikan upah minimum nasional menjadi 15 dolar AS per jam. Asuransi untuk pengangguran juga meningkat dari 300 dolar AS menjadi 400 dolar AS per pekan. Asuransi pengangguran bakal diperpanjang hingga September mendatang.
Paket stimulus juga akan memberikan uang sebesar 1.400 dolar AS ke kebanyakan warga AS. Dana itu dapat dimanfaatkan untuk membayar sewa tempat tinggal atau berbelanja kebutuhan pokok.
Paket stimulus yang dirilis Biden akan disambut di Federal Reserve. Akhir tahun lalu, beberapa pejabat di sana telah mengkhawatirkan berkurangnya respons fiskal terhadap krisis. Ketua Fed Jerome Powell mencatat bahwa pengeluaran pemerintah yang awal dan kuat telah membantu menyelamatkan ekonomi dari nasib yang jauh lebih mengerikan.
"Sekarang bukan waktunya untuk berbicara tentang keluar," kata Powell, mengacu pada kebijakan moneter super mudah The Fed. Kebijakan itu mencakup program pembelian obligasi besar-besaran dan suku bunga yang diperkirakan akan tetap mendekati nol selama bertahun-tahun.
The Fed telah berjanji untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat mendekati nol saat ini. Hal itu akan dilakukan hingga inflasi mencapai dan berada di jalur yang melebihi dua persen serta ekonomi mencapai lapangan kerja penuh.
Ekonom dari Moody's Investors Service Ryan Sweet berpendapat stimulus tersebut merupakan dorongan yang cukup bagi ekonomi untuk memulihkan semua penurunannya dari resesi Covid-19 pada kuartal ketiga tahun ini. "Namun pemulihan di pasar tenaga kerja akan memakan waktu lebih lama," ucapnya.
AS merupakan negara yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19. Berdasarkan data John Hopkins University, sejauh ini AS telah mencatatkan 23,3 juta kasus Covid-19 dengan korban meninggal melampaui 388 ribu jiwa.