REPUBLIKA.CO.ID, PADANG ARO--Bencana tanah longsor di Kabupaten Solok Selatan pada Senin (11/1) lalu menimbulkan korban sembilan orang. Semula, jumlah korban dilaporkan hanya enam orang dari longsor yang terjadi di lubang tambang emas di Kecamatan Sangir Batang Hari itu.
Dari sembilan korban yang dilaporkan, empat orang meninggal dunia. "Empat orang meninggal dunia dan 5 orang lainnya luka-luka," kata Camat Sangir Batang Hari, Gurhanadi, Jumat (15/1).
Gurhanadi menambahkan, keseluruhan penambang yang menjadi korban longsor berasal dari Jawa Tengah dan Lampung. Ia mengaku tidak tahu menahu mengenai adanya aktivitas tambang emas ilegal di daerahnya. Terlebih, menurut dia lokasi tambang emas tersebut tidak jauh dari garis perbatasan dengan Kabupaten Dharmasraya.
“Saya tidak tahu bagaimana mereka masuk menambang. Kemungkinan masuk dari Dharmasraya, karena lokasi itu berbatasan dengan Dharmasraya. Dari kecamatan sini jaraknya bisa empat jam perjalanan kaki,” ujarnya.
Empat korban yang ditemukan meninggal yakni, Yudi (24 tahun asal Pati, Jawa tengah), Keder (27 tahun asal Pati), Pak Bo (45 tahun asal Lampung) dan Gepeng yang juga berasal dari Pati. Sementara yang selamat namun mengalami luka-luka berat dan ringan, semuanya berasal dari Pati, Jawa Tengah, yakni Suprianto (25 tahun), Aud (23 tahun), Sutikno (35 tahun) dan Arif (25 tahun) serta Kuwok (25 tahun).
Kini, keseluruhan jenazah korban sudah dievakuasi ke Puskesmas Abai Sangir, Batang Hari. Sementara korban luka-luka sudah dirujuk ke berbagai rumah sakit. Kejadian longsor di tambang emas ilegal di Solok Selatan ini terjadi pada Senin (11/1). Namun upaya pencarian baru dilakukan Basarnas baru pada Rabu (13/1).
Kepala Basarnas Padang Asnedi mengaku baru diinformasikan setelah dua hari kejadian. Setelah menurunkan tim, Basarnas mencatat ada 9 orang korban. "Tambang emas yang longsor tersebut diduga adalah pertambangan ilegal," ujar Asnedi.