Sabtu 16 Jan 2021 09:54 WIB

Kemenkes Sebut Mutasi Covid-19 Belum Ditemukan di Indonesia

Tidak ditemukannya varian baru Covid-19 bukan berarti Indonesia tak waspada.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Friska Yolandha
Orang-orang yang mengenakan masker pelindung untuk membantu mengekang penyebaran sepeda yang ditunggangi virus korona di sepanjang Kolam Shinobazu di Tokyo Senin, 11 Januari 2021. Ibu kota Jepang itu mengonfirmasi lebih dari 1.200 kasus virus korona baru pada hari Senin. Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengumumkan keadaan darurat Kamis lalu untuk Tokyo dan tiga prefektur lainnya untuk meningkatkan pertahanan terhadap penyebaran virus corona.
Foto: AP/Eugene Hoshiko
Orang-orang yang mengenakan masker pelindung untuk membantu mengekang penyebaran sepeda yang ditunggangi virus korona di sepanjang Kolam Shinobazu di Tokyo Senin, 11 Januari 2021. Ibu kota Jepang itu mengonfirmasi lebih dari 1.200 kasus virus korona baru pada hari Senin. Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengumumkan keadaan darurat Kamis lalu untuk Tokyo dan tiga prefektur lainnya untuk meningkatkan pertahanan terhadap penyebaran virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, hingga saat ini belum ditemukan mutasi virus corona atau SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 di Indonesia. Hal ini disampaikan menyusul laporan Pemerintah Inggris Raya dan Irlandia Utara terkait adanya virus SARS-CoV-2 varian baru VUI 202012/01.

"Mutasi virus SARS-Cov-2 yang kita sebut dengan VUI 202012/01 sampai saat ini di Indonesia belum ditemukan," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi dalam dialog interaktif virtual, Jumat (15/1).

Baca Juga

Ia mengatakan, virus varian baru memiliki perubahan besar yang ditandai dengan 17 mutasi unik pada gen-gen tertentu. Sedangkan, hasil penelusuran genetika pada 125 virus SARS-CoV-2 Indonesia yang dipublikasikan situs resmi GISAID, tidak ditemukan adanya 17 mutasi unik itu.

Namun, kata Nadia, tidak ditemukannya virus varian baru tersebut bukan berarti Indonesia tidak waspada terhadap mutasi ini. Indonesia melakukan surveilans dan memastikan mutasi ini terus dimonitor oleh 12 laboratorium yang melaksanakan skuensing untuk spesimen dari Covid-19.

"Selain itu terkait dengan pembatasan pintu-pintu masuk negara merupakan upaya kita juga untuk membatasi supaya mutasi virus ini tidak terjadi," kata Nadia.

Ia menyampaikan, virus varian baru ini kemungkinan menyebabkan penularan lebih cepat. Akan tetapi, belum ada bukti virus varian baru ini menimbulkan keganasan atau kegawatan (severity) terhadap pasien yang terinfeksi virus corona penyebab Covid-19.

"Memang sudah bisa disampaikan ada kemungkinan bahwa virus ini menyebabkan lebih cepat penularannya tetapi belum terbukti untuk menimbulkan apakah mutasi virus ini akan menyebabkan penyakitnya menjadi lebih berat," jelas Nadia.

Virus SARS-Cov-2 di Indonesia yang telah berhasil disekuensing di Badan Litbangkes Kemenkes berasal dari Jawa Barat, Jawat Timur, DKI Jakarta, Banten, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, dan Papua. Hasil penelusuran genetika pada 125 virus SARS-CoV-2 Indonesia yang dipublikasikan GISAID saat ini, tidak ditemukan adanya 17 mutasi unik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement