REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah pusat memutuskan untuk tetap menunda seluruh kegiatan olahraga yang dapat menimbulkan kerumunan masyarakat. Hal itu demi memutus rantai penularan virus corona di Tanah Air.
Dengan masih vakumnya berbagai kegiatan olahraga karena pandemi Covid-19 di Indonesia, praktis hal itu membuat beberapa persoalan mengapung soal bagaimana para atlet Indonesia melakukan sesi pelatihan yang mereka jalani selama masa PSBB atau karantina.
Guru Besar Ilmu Keolahragaan UNY, Profesor Djoko Pekik Irianto mengatakan, percobaan untuk memberikan karantina pun isolasi terhadap sekelompok atlet layak dilakukan.
"Ada satu hal yang coba kita pahami bersama, upaya berlatih itu adalah untuk tetap melakukan pengembangan. Atau paling tidak merawat pun menjaga kondisi para atlet yang tak bisa berlatih bersama timnya," kata Prof Djoko Pekik Irianto dalam diskusi khusus bersama Republika TV, Sabtu (16/1).
Prof Djoko mengaku situasi saat ini serba dilematis. Pasalnya, beberapa pihak tetap berupaya untuk bisa mempertahankan potensi yang dimiliki para atlet muda untuk mengembangkan permainannya. Namun sayang, situasi saat ini tidak banyak memberikan kesempatan kepada mereka.
"Apa mungkin kita bisa melakukan latihan normal? Bisa, caranya dengan melakukan karantina terhadap para atlet. Nantinya mereka tak boleh keluar area gedung, melakukan tes swab rutin, dan kamp harus dilakukan pembersihan (desinfektan)," sambung dia.
Rencana isolasi (bubble) terhadap para atlet memang sudah diterapkan di beberapa belahan dunia, seperti gelaran NBA Amerika Serikat. Dengan solusi itu, maka tak ada partisipan lain selain atlet dan kru terlibat di arena berlatih tersebut.
Di sisi lain, siasat jalan keluar tersebut tak berjalan mulus jika melihat dari kacamata olahraga sepak bola. Sebab, Guntur Cahyo Utomo menjelaskan akan banyak sekali hal yang dibutuhkan dalam menjalani karantina pun isolasi terhadap para atlet sepak bola.
"Jelas kami membutuhkan fasilitas menunjang untuk melakukan itu. Problem di sepak bola adalah lapangan yang jarang steril, karena bukan punya pribadi klub. Apalagi kalau bicara soal desinfektan yang tak mungkin dilakukan tiap hari di tanah sebesar 1 hektar," kata Guntur selaku Development PSS Sleman.
Lebih lanjut, Guntur mengeklaim saat ini yang bisa dilakukan oleh pihaknya adalah menganalisis detail apa yang harus dikerjakan oleh pemain dalam konteks masalah kesehatan, latihan, dan asupan gizi.