REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Dua anggota milisi Afghanistan menembak rekan mereka di Provinsi Herat barat. Akibatnya 12 orang tewas. Juru Bicara Polisi, Herat Abdul Ahad Walizada mengatakan pada Sabtu (16/1), para penyerang melarikan diri dengan senjata dan amunisi korban.
Dalam cuitan di Twitter, juru bicara Taliban Yousuf Ahmadi mengaku dan bertanggung jawab atas serangan yang terjadi pada Jumat malam itu. Sebuah bom yang ditempelkan di mobil SUV Land Cruiser polisi meledak pada Sabtu di bagian barat ibu kota Kabul. Juru bicara Kepolisian Kabul Ferdaws Faramarz menyebut kejadian itu menyebabkan dua polisi tewas dan lainnya terluka.
Ferdaws tidak merinci identitas dua korban. Namun, dua anggota kepolisian Afghanistan yang enggan disebutkan namanya mengatakan Wakil Kepala Polisi Kabul, Mawlana Bayan, terluka dalam serangan itu. Sampai saat ini, tidak ada kelompok yang mengaku atau bertanggung jawab.
Di Provinsi Helmand selatan, seorang pengebom mobil bunuh diri pada Jumat malam. Dia menargetkan kompleks polisi di Distrik Lashkar Gah. Juru bicara polisi Zaman Hamdard mengatakan kejadian itu menewaskan satu polisi dan melukai dua orang. Sayangnya, tidak ada pihak yang mengaku dan bertanggung jawab.
Kelompok bersenjata (ISIS) telah mengambil kepercayaan atas beberapa serangan di ibu kota dalam beberapa bulan terakhir, termasuk di lembaga pendidikan yang menewaskan 50 orang. Mayoritas dari mereka adalah pelajar.
ISIS telah mengeklaim dan bertanggung jawab atas serangan roket pada Desember lalu yang menargetkan pangkalan utama Amerika Serikat di Afghanistan.
Dilansir Aljazirah pada Ahad (18/1), kekerasan itu terjadi ketika perwakilan Taliban dan Pemerintah Afghanistan awal bulan ini melanjutkan pembicaraan damai di Qatar. Namun, negoisasi dimulai dengan lambat. Sementara itu, kelompok bersenjata terus menyerang pasukan pemerintah Afghanistan.
Pembicaraan tersebut bertujuan untuk mengakhiri konflik tanpa henti selama beberapa dekade. Frustrasi dan ketakutan telah tumbuh karena lonjakan kekerasan dan kedua belah pihak saling menyalahkan.
Keraguan telah tumbuh baru-baru ini atas kesepakatan AS-Taliban yang ditengahi oleh pemerintahan Presiden Donald Trump. Kesepakatan itu ditandatangani pada Februari tahun lalu.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, penarikan pasukan AS dipercepat yang diperintahkan oleh Trump. Pasukan hanya 2.500 orang yang masih akan berada di Afghanistan ketika Presiden AS terpilih Joe Biden menjabat pada 20 Januari nanti.