REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis telah menutup sembilan tempat ibadah di bawah kampanye nasional melawan ekstremisme Islam. Hal ini disampaikan Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin.
"Sejalan dengan perintah presiden repubublik dan perdana menteri, kami mengambil langkah tegas melawan sparatisme Islam. Dari 18 tempat ibadah di bawah pengawasan khusus, sembilan telah ditutup atas permintaan saya," tulis Gerald di Twitter miliknya pada Jumat (15/1).
Menurut surat kabar Figaro, tiga fasilitas tertutup terletak di departemen Seine-Saint-Denis dekat Paris. Prancis telah mengintensifkan kampanyenya melawan ekstremisme Islam. Dilansir dari laman ANI News, Ahad (17/1).
Hal ini terjadi setelah pembunuhan seorang guru bernama Samuel Paty pada Oktober 2020. Sebelumnya Paty sebagai seorang guru sejarah menunjukan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya.
Sebagaimana diketahui, Prancis merupakan rumah terbesar di Eropa untuk umat Islam dari berbagai kalangan, baik Muslim lokal ataupun pendatang.
Berdasarkan survei yang dilakukan statista.com perkiraan orang Prancis terhadap proporsi Muslim yang tinggal di Prancis pada 2018 terungkap bahwa orang Prancis mengira terdapat 28 persen penduduk Prancis yang beragama Islam. Sedangkan proporsi riil populasi Muslim di Prancis berjumlah sembilan persen.
Demikian juga laporan PBB pada 2020, dikutip dari worldpopulationreview.com, populasi Prancis keseluruhan adalah 65.359.116 sedangkan penduduk yang memeluk Islam menurut survei 2016 dari Institut Montaigne, 5,6 persen mengidentifikasi sebagai Muslim.
Sedangkan menurut Pew Research Study of Islam in Europe, diperkirakan 8,8 persen populasi Prancis adalah Muslim. Ini lebih tinggi dari perkiraan dari Institut Montaigne, dan akan menjadi persentase tertinggi di Eropa.