REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) menguji rudal dan drone jarak jauh terhadap target darat dan laut. Pengujian ini dilakukan saat unjuk kekuatan militer skala besar keempat Iran dalam dua pekan di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat (AS).
IRGC pada Sabtu (16/1) menembakkan rudal balistik jarak jauh yang menempuh jarak 1.800 km dan menyerang target buatan di bagian utara Samudra Hindia.
"Memilih sejumlah besar rudal jarak jauh untuk mencapai sasaran laut menunjukkan bahwa jika musuh Republik Islam itu memiliki niat buruk terhadap kepentingan nasional, jalur perdagangan maritim atau tanah kami, mereka akan menjadi sasaran dan dihancurkan oleh rudal," kata Kepala Staf Angkatan Bersenjata, Mohammad Bagheri.
Bagheri mengaku, Teheran tidak ada niat melakukan agresi. Hanya saja, Teheran mengumumkan dengan latihan ini bahwa setiap penyerang Iran akan mendapatkan balasan dengan kekuatan penuh dan dalam waktu singkat.
Panglima IRGC, Hossein Salami, mengatakan, salah satu tujuan organisasi militer elite adalah untuk dapat menargetkan kapal perang musuh termasuk kapal induk. Pernyataan ini setelah sehari sebelumnya IRGC menembakkan lusinan rudal generasi baru dari lokasi yang dirahasiakan di daerah gurun di Iran Tengah.
"Ini suara menderu dari sejumlah besar rudal balistik IRGC, yang saat ini telah dilengkapi dengan hulu ledak yang dapat dilepas dan dapat dipandu ke luar atmosfer bumi," kata seorang reporter siaran televisi pemerintah saat rentetan rudal diluncurkan di belakangnya.
Dikutip dari Aljazirah, Ahad (17/1) pertunjukan keempat kekuatan militer Iran di tahun baru ini terjadi setelah dua bulan ketegangan baru dengan pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Dalam dua bulan terakhir, AS menerbangkan pengebom strategis berkemampuan nuklir di Timur Tengah dan telah menempatkan sebuah kapal induk di kawasan itu untuk menghalangi kemungkinan tanggapan Iran.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, menuduh AS mencoba mengarang dalih untuk perang. Namun, pemerintahan Trump hanya mengintensifkan kampanye tekanan maksimal terhadap Teheran setelah secara sepihak meninggalkan kesepakatan nuklir 2015 Iran dengan kekuatan dunia pada 2018.