REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kritikus Kremlin, Alexei Navalny, akan terbang kembali ke Rusia pada Ahad (17/1) untuk pertama kalinya sejak diracun. Padahal pihak berwenang menyatakan keinginan untuk menangkap dan berpotensi memenjarakannya selama bertahun-tahun.
Salah satu kritikus Presiden Vladimir Putin yang paling terkemuka ini mengumumkan keputusannya untuk kembali dari Jerman pada Rabu (13/1). Dia mengatakan merindukan Moskow dan tidak tertarik dengan kasus kriminal baru yang dibuat-buat terhadapnya. Pria berusia 44 tahun diperkirakan akan terbang dari Berlin dan tiba di Moskow pada Ahad pukul 16.20 waktu setempat.
Sehari kemudian, layanan penjara ibu kota Rusia menyebut akan melakukan apa saja untuk menangkapnya begitu dia kembali. Pemerintah menuduhnya melanggar persyaratan hukuman penjara yang ditangguhkan karena penggelapan, kasus 2014 yang menurutnya dibuat-buat.
Navalny menghadapi potensi masalah dalam tiga kasus kriminal lainnya, yang semuanya menurutnya bermotivasi politik. Dia mengatakan Kremlin takut padanya.
Navalny menjelaskan dia akan mengambil penerbangan yang dioperasikan oleh maskapai Rusia Pobeda, milik Aeroflot yang dikendalikan negara. Para pendukungnya berencana untuk menemuinya di bandara Vnukovo Moskow meskipun diperkirakan cuaca sangat dingin minus 17 Celcius dan lebih dari 4.500 kasus virus corona baru setiap hari di ibu kota Rusia.
Sejauh ini, setidaknya 2.000 orang telah menggunakan halaman Facebook mengatakan berencana untuk menyambut Navalny, dengan 6.000 lainnya menyatakan minat untuk itu. Aktivis Pro-Kremlin juga diharapkan muncul.
Kantor kejaksaan Moskow secara resmi telah memperingatkan 15 penyelenggara pro-Navalny. Lembaga ini mengatakan acara itu ilegal karena tidak disetujui oleh pihak berwenang. Artinya, orang yang muncul bisa ditahan, didenda, atau dipenjara.