Semua pihak yang telah disuntik vaksin untuk tetap menjalankan protokol kesehatan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program vaksinasi Covid-19 yang telah dimulai sejak Rabu (13/1) terus bergulir. Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), hingga saat ini sebanyak 20 ribu tenaga kesehatan (nakes) telah disuntik vaksin Covid-19.
Juru Bicara Vaksinasi Covid- 19 dari Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, para nakes yang telah disuntik vaksin tersebar di 91 kabupa ten/kota. "Mereka tersebar di berbagai wilayah kabupaten/kota dan provinsi, termasuk di Sulawesi Barat,"
kata Nadia saat dihubungi Republika, Ahad (17/1).
Menurut Nadia, sejauh ini belum ada laporan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI). Ia menambahkan, pemerintah secara bertahap akan memberikan vaksin kepada seluruh nakes yang jumlahnya mencapai 1,4 juta orang. "Targetnya vaksin bisa diberikan untuk seluruh nakes sampai akhir Februari. Mohon doanya agar vaksinasi berjalan lancar," kata Nadia yang menjabat sebagai direktur pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung Ditjen P2P Kemenkes ini.
Program vaksinasi tahap pertama mulai dilaksanakan di daerah pada Kamis (14/1). Penerimaan suntik vaksin di daerah itu diawali pejabat setempat dengan menggandeng selebritas, tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Untuk memutus rantai penularan Covid-19, pemerintah menargetkan vaksinasi kepada 181,5 juta penduduk Indonesia. Saat ini, telah disiapkan 31 ribu vaksinator untuk membantu pelaksanaan vaksinasi di seluruh Tanah Air.
Di Bandung, Jawa Barat, sebanyak 1.783 sumber daya manusia di bidang kesehatan dilaporkan sudah menjalani vaksinasi sejak diluncurkan pada Kamis (14/1) lalu. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanagara mengeklaim, pelaksanaan vaksinasi berjalan lancar. Namun, ada kendala terkait sistem yang digunakan pemerintah pusat. "Salah satunya soal pendaftaran SDM kesehatan," kata Ahyani, kemarin.
Ahyani mengingatkan semua pihak yang telah disuntik vaksin Covid-19 untuk tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes). Sebab, berdasarkan keterangan ahli, kekebalan tubuh pasca-vaksinasi akan muncul bertahap. Selain itu, kekebalan akan optimal satu bulan setelah disuntik vaksin Covid-19 yang kedua.
Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Kom nas KIPI) Hindra Irawan Satari mengatakan, sejauh ini tidak ada laporan KIPI serius yang terjadi sejak program vaksinasi dijalankan pemerintah. Karena itu, ia mengimbau masyarakat ber partisipasi dan tidak mengkhawatirkan dampak serius dari vak sinasi Covid-19.
Kendati demikian, apabila ada kejadian yang tidak diinginkan atau kejadian luar biasa, masyarakat diminta melapor ke fasilitas kesehatan. Laporan itu selanjutnya dicatat dan akan ditindaklanjuti Komisi Daerah dan Komisi Nasional KIPI yang merupakan komite independen dalam mengkaji hal ini.
Ia menjelaskan, KIPI merupakan dampak ilmiah dari produk vaksin. Sebagai produk biologis yang dimasukkan ke dalam tubuh, kata dia, vaksin pasti memiliki reaksi alamiah dan bisa saja menimbulkan reaksi lokal di tempat suntikan.
Menurut dia, reaksi tersebut hanya berupa kemerahan, pegal, dan paling parah bisa menimbulkan demam. "Namun, data menunjukkan gejala-gejala tadi jumlahnya kurang dari 1 persen dan bisa hilang dengan sendirinya," katanya.
Dia meyakini, vaksin Covid- 19 sudah teruji keamanan dan efikasinya. Bahkan, vaksin yang digunakan di Indonesia sudah di uji di dalam dan luar negeri dengan hasil yang baik. Dengan demikian, program vaksinasi di harapkan ke depan bisa memberikan perlindungan tambahan untuk menghadapi pandemi korona.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program vaksinasi Covid-19 yang telah dimulai sejak Rabu (13/1) terus bergulir. Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), hingga saat ini sebanyak 20 ribu tenaga kesehatan (nakes) telah disuntik vaksin Covid-19.
Juru Bicara Vaksinasi Covid- 19 dari Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, para nakes yang telah disuntik vaksin tersebar di 91 kabupa ten/kota. "Mereka tersebar di berbagai wilayah kabupaten/kota dan provinsi, termasuk di Sulawesi Barat,"
kata Nadia saat dihubungi Republika, Ahad (17/1).
Menurut Nadia, sejauh ini belum ada laporan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI). Ia menambahkan, pemerintah secara bertahap akan memberikan vaksin kepada seluruh nakes yang jumlahnya mencapai 1,4 juta orang. "Targetnya vaksin bisa diberikan untuk seluruh nakes sampai akhir Februari. Mohon doanya agar vaksinasi berjalan lancar," kata Nadia yang menjabat sebagai direktur pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung Ditjen P2P Kemenkes ini.
Program vaksinasi tahap pertama mulai dilaksanakan di daerah pada Kamis (14/1). Penerimaan suntik vaksin di daerah itu diawali pejabat setempat dengan menggandeng selebritas, tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Untuk memutus rantai penularan Covid-19, pemerintah menargetkan vaksinasi kepada 181,5 juta penduduk Indonesia. Saat ini, telah disiapkan 31 ribu vaksinator untuk membantu pelaksanaan vaksinasi di seluruh Tanah Air.
Di Bandung, Jawa Barat, sebanyak 1.783 sumber daya manusia di bidang kesehatan dilaporkan sudah menjalani vaksinasi sejak diluncurkan pada Kamis (14/1) lalu. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanagara mengeklaim, pelaksanaan vaksinasi berjalan lancar. Namun, ada kendala terkait sistem yang digunakan pemerintah pusat. "Salah satunya soal pendaftaran SDM kesehatan," kata Ahyani, kemarin.
Ahyani mengingatkan semua pihak yang telah disuntik vaksin Covid-19 untuk tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes). Sebab, berdasarkan keterangan ahli, kekebalan tubuh pasca-vaksinasi akan muncul bertahap. Selain itu, kekebalan akan optimal satu bulan setelah disuntik vaksin Covid-19 yang kedua.
Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Kom nas KIPI) Hindra Irawan Satari mengatakan, sejauh ini tidak ada laporan KIPI serius yang terjadi sejak program vaksinasi dijalankan pemerintah. Karena itu, ia mengimbau masyarakat ber partisipasi dan tidak mengkhawatirkan dampak serius dari vak sinasi Covid-19.
Kendati demikian, apabila ada kejadian yang tidak diinginkan atau kejadian luar biasa, masyarakat diminta melapor ke fasilitas kesehatan. Laporan itu selanjutnya dicatat dan akan ditindaklanjuti Komisi Daerah dan Komisi Nasional KIPI yang merupakan komite independen dalam mengkaji hal ini.
Ia menjelaskan, KIPI merupakan dampak ilmiah dari produk vaksin. Sebagai produk biologis yang dimasukkan ke dalam tubuh, kata dia, vaksin pasti memiliki reaksi alamiah dan bisa saja menimbulkan reaksi lokal di tempat suntikan.
Menurut dia, reaksi tersebut hanya berupa kemerahan, pegal, dan paling parah bisa menimbulkan demam. "Namun, data menunjukkan gejala-gejala tadi jumlahnya kurang dari 1 persen dan bisa hilang dengan sendirinya," katanya.
Dia meyakini, vaksin Covid- 19 sudah teruji keamanan dan efikasinya. Bahkan, vaksin yang digunakan di Indonesia sudah di uji di dalam dan luar negeri dengan hasil yang baik. Dengan demikian, program vaksinasi di harapkan ke depan bisa memberikan perlindungan tambahan untuk menghadapi pandemi korona.