Selasa 19 Jan 2021 05:10 WIB

Akhlak Rasulullah, Teladan dari Semua Nabi Sebelumnya

Sebagai rasul terakhir, Nabi Muhammad SAW memiliki akhlak yang agung

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Rasulullah SAW. Ilustrasi
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebagai rasul terakhir, Nabi Muhammad SAW memiliki akhlak yang agung, bahkan Alquran pun secara tegas mengakui. Hal ini terlihat dalam surat Al-Qalam ayat 4 :

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

Wa innaka la'alā khuluqin 'aẓīm. “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung.”

Pakar Tafsir Alquran asal Indonesia dalam buku Wawasan Alquran: Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat menjelaskan, kata “di atas” mempunyai makna yang sangat dalam dan melebihi kata lain. Misal, pada tahap atau dalam keadaan akhlak mulia.

Sebagian ulama tafsir menyimpulkan Nabi Muhammad telah meneladani sifat-sifat terpuji dari para nabi sebelum dia. Nabi Nuh AS dikenal sebagai seorang yang gigih dan tabah dalam berdakwah, Nabi Ibrahim AS dikenal sebagai seorang yang pemurah, Nabi Daud AS dikenal sebagai nabi yang menonjolkan rasa syukur dan penghargaan atas nikmat Allah, Nabi Zakaria, Yahya, dan Isa adalah nabi yang berupaya menghindari kenikmatan dunia demi mendekatkan diri kepada Allah, dan demikian seterusnya.

Hal tersebut dikemukakan dalam surat Al-An’am ayat 90 yang menyebutkan dalam rangkaian ayat-ayatnya 18 nama nabi atau rasul. Setelah kedelapan belas nama disebut, Allah berpesan kepada Nabi Muhammad,

اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ فَبِهُدٰىهُمُ اقْتَدِهْۗ

Ulā`ikallażīna hadallāhu fa bihudāhumuqtadih. “Mereka itulah yang telah memperoleh petunjuk dari Allah, maka hendaknya kamu meneladani petunjuk yang mereka peroleh.”

Rasulullah juga terkenal akan perhatiannya yang besar kepada umat manusia sampai hampir suatu ketika dia mencelakakan diri demi mengajak mereka beriman. Ini dijelaskan dalam surat Asy-Syu’ara ayat 3 :

لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ اَلَّا يَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَ

La'allaka bākhi'un nafsaka allā yakụnụ mu`minīn. “Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu (dengan kesedihan), karena mereka (penduduk Mekah) tidak beriman.”

Sebelum adanya organisasi pencinta hewan, Nabi Muhammad lebih dulu mengajarkan agar berperilaku baik terhadap hewan. Tak hanya kepada makhluk hidup, kasih sayang Rasulullah juga dicurahkan sampai pada benda-benda tak bernyawa. Sisi, gelas, cermin, tikar, perisai, pedang, dan benda lain dia berikan nama, seakan-akan benda itu mempunyai kepribadian yang membutuhkan uluran tangan, rahmat, kasih sayang, dan persahabatan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement