REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pengurus Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur yang fokus di bidang vaksinasi, Dominicus Husada mengatakan, mantan penyintas Covid-19 tidak perlu divaksinasi sebab para penyintas Covid-19 telah memiliki antibodi tersendiri. Belum lagi, jumlah vaksin yang didatangkan Indonesia sangat terbatas.
“Karena dianggap sudah memiliki antibodi jadi tidak perlu. Untuk apa dibangkitkan, antibodinya kan sudah ada,” kata Dominicus di Surabaya, Selasa (19/1).
Pada dasarnya, kata Dominicus, sistem imun tubuh akan aktif saat pertama kali terpapar Covid-19. Dalam sistem tersebut terdapat salah satu komponen yang bertugas mengingat. Jika suatu saat virus yang sama datang kembali, bagian ingatan akan membangkitkan sistem imun dalam waktu singkat.
Dominicus mengatakan, untuk orang yang pernah terjangkit Covid-19, bagian ingatan itu sudah aktif. Sehingga ketika virusnya menyerang kembali, bagian ingatan tersebut segera ingat dan siaga.
“Divaksin, dalam tanda kutip, artinya sama dengan sakit lagi. Jadi kalau dia sudah pernah kena, tapi tidak ketahuan, sebenarnya bagian ingatannya dia sudah aktif. Begitu divaksin, hasilnya jauh lebih tinggi, jadi tidak dirugikan,” ujarnya.
Dominicus melanjutkan, apabila vaksinasi diberikan ketika antibodi sedang tinggi, seringkali vaksin yang masuk dihalangi. Meski demikian, Dominicus menyatakan, kondisi tersebut tidak membahayakan. Dominicus mengatakan, antibodi Covid-19 juga dapat menurun bahkan hilang. Sejauh ini tercatat, paling lama telah memasuki bulan ke delapan setelah terpapar Covid-19.