REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Organisasi kemanusian Save the Children melaporkan, sekitar 10 juta anak di Afghanistan berisiko tidak memiliki cukup makanan untuk dikonsumsi pada 2021, Selasa (19/1). Lembaga itu menyerukan miliaran dana baru untuk bantuan negara yang sedang mengalami perang berkepanjangan ini.
Direktur Save the Children Afghanistan, Chris Nyamandi, mengatakan, penderitaan rakyat Afghanistan akan sangat terancam oleh dana kemanusiaan yang tidak memadai yang dijanjikan oleh negara-negara kaya pada konferensi di Jenewa pada November. "Bantuan ke Afghanistan telah turun secara mengkhawatirkan pada saat kebutuhan kemanusiaan meningkat. Kami sekarang berada dalam posisi tidak berkelanjutan di mana bantuan jauh dari apa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," katanya.
Lebih dari 18 juta warga Afghanistan, termasuk 9,7 juta anak-anak, sangat membutuhkan dukungan untuk menyelamatkan nyawa, termasuk makanan. Kelompok tersebut meminta sumbangan 3 miliar dolar AS untuk membayar bantuan pada 2021.
Nyamandi mengatakan warga Afghanistan menderita di bawah kombinasi konflik kekerasan, kemiskinan, dan pandemi virus Covid-19. "Ini adalah situasi yang sangat buruk yang membutuhkan perhatian segera dari komunitas internasional," katanya.
Putaran terakhir pembicaraan damai antara Taliban dan negosiator pemerintah Afghanistan yang dimulai awal bulan ini di Qatar. Hanya saja, upaya ini lambat membuahkan hasil karena kekhawatiran atas lonjakan kekerasan baru-baru ini di Afghanistan.
Pandemi juga berdampak buruk pada jutaan keluarga Afghanistan. Pada 2020, Bank Dunia memperkirakan bahwa pandemi tersebut telah sangat mengganggu impor, termasuk barang-barang kebutuhan rumah tangga, sehingga menyebabkan inflasi yang cepat. Ketegangan kesehatan dan ekonomi tambahan dari pandemi telah memperdalam dampak kemanusiaan di seluruh negeri.