Selasa 19 Jan 2021 19:15 WIB

Jepang Incar Penggunaan Robot untuk Uji Covid-19

Pengujian robot dapat membantu melindungi tenaga medis dari Covid-19

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Pengujian PCR menggunakan robot dapat membantu melindungi tenaga medis dari Covid-19. Ilustrasi.
Foto: Alastair Grant/AP
Pengujian PCR menggunakan robot dapat membantu melindungi tenaga medis dari Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Menteri Kesehatan Jepang Norihisa Tamura menyaksikan demonstrasi prototipe mesin penguji Covid-19 otomatis yang menggunakan lengan robot untuk mengambil sampel dari hidung seseorang. Teknologi ini dapat mengirimkan hasilnya dalam waktu sekitar 80 menit.

Sistem robot, yang dibangun oleh Kawasaki Heavy Industries Inc, cocok dengan kontainer pengiriman standar yang dapat diangkut dengan truk dan dipasang di stadion, taman hiburan, dan pertemuan massal lainnya, kata perusahaan itu.

Baca Juga

"Melihat tren global, kami perlu meningkatkan jumlah orang yang menjalani tes, dan permintaan untuk tes pencegahan meningkat," tutur Menteri Kesehatan Norihisa Tamura kepada wartawan pada demonstrasi tersebut, Selasa.

Pemerintahan Perdana Menteri Yoshihide Suga telah menuai kritik atas kurangnya pengujian di Jepang. Pemerintahnya berada di bawah tekanan untuk menunjukkan bahwa pandemi telah terkendali dalam waktu kurang dari 200 hari sampai dimulainya Olimpiade Musim Panas di Tokyo, yang sudah tertunda setahun, dan vaksinasi belum dimulai.

Penggunaan sistem pengujian robot dapat membantu melindungi tenaga medis dan meningkatkan akurasi secara keseluruhan, kata Tamura. Fasilitas prototipe yang didemonstrasikan pada Selasa menggunakan lengan robotik yang digerakkan oleh manusia untuk mengumpulkan sampel dari individu dan melakukan tes polymerase chain reaction (PCR).

Sistem ini bertempat di dalam kontainer pengiriman bergerak 40 kaki yang dapat memproses hingga 2.000 sampel setiap 16 jam. Pengembangnya mengatakan bahwa robot itu menawarkan skala efisiensi yang lebih besar dan perlindungan yang lebih baik bagi pekerja medis, yang bahkan dapat mengoperasikan pengujian dari jarak jauh.

Sejak awal pandemi, Jepang telah melakukan lebih sedikit tes daripada negara-negara besar lainnya, dengan fokus pada kelompok infeksi dan pelacakan virus. Jepang melakukan sekitar 55 ribu tes usap PCR setiap hari, kurang dari setengah kapasitasnya, menurut data pemerintah.

Dengan 337 ribu kasus dan 4.598 kematian, Jepang telah melewati pandemi lebih baik daripada kebanyakan negara ekonomi besar. Meski begitu, negara ini dicengkeram oleh gelombang ketiga infeksi yang terbukti lebih luas dan mematikan daripada yang sebelumnya dan mendorong pemerintah untuk mengumumkan keadaan darurat baru bulan ini.

Suga mengatakan pemerintahnya bertujuan mendapatkan vaksin Covid-19 pertama yang disetujui dan penyuntikan dimulai pada akhir Februari.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement