REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Budi Silvana mengatakan instansi tersebut mendatangkan dokter ahli atau spesialis ke Sulawesi Barat untuk menangani para korban yang terdampak gempa bumi magnitudo 6,2. "Baik itu ahli ortopedi, ahli anestesi, ahli paru, ahli penyakit dalam hingga ahli kandungan, kami datangkan dari luar," kata dia saat konferensi pers yang dipantau di Jakarta, Selasa (19/1).
Ia mengatakan para dokter ahli terpaksa didatangkan dari luar karena tenaga mereka sangat dibutuhkan saat ini di lokasi bencana. Meskipun demikian, Kemenkes akan berupaya mengatur agar kebutuhan tenaga dokter spesialis dapat terpenuhi, terutama selama masa bencana.
Terkait fasilitas kesehatan di lokasi bencana, Budi mengatakan dari empat rumah sakit yang ada di Kabupaten Mamuju, hanya dua yang bisa beroperasi, yakni Rumah Sakit Regional dan Rumah Sakit Bhayangkara. "Dua rumah sakit lainnya saat ini belum bisa beroperasi secara normal," ujar dia.
Selain dua rumah sakit tersebut, TNI juga mendatangkan KRI dr Soeharso-990 sebagai antisipasi lonjakan pasien yang tidak bisa ditampung rumah sakit.
Kemudian, pada Rabu (20/1) akan ada penambahan rumah sakit terapung dari Airlangga Surabaya. Adanya penambahan tersebut diharapkan bisa mengatasi penanganan para korban di lokasi bencana.
Terkait layanan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), tiga puskesmas di lokasi bencana lumpuh dan tidak bisa beroperasi pada hari pertama kejadian. "Pada hari keempat setelah kejadian semua puskesmas sudah beroperasi dengan baik," katanya.
Untuk lokasi pengungsian, dari 41 titik pengungsian utama, dua lokasi di Kabupaten Mamuju belum bisa dijangkau. "Dua titik itu berada di Desa Tandeallo dan Desa Popengan," ujar dia.
Untuk menempuh dua desa itu, setidaknya dibutuhkan waktu empat hingga enam jam. Guna membantu warga di sana, Kemenkes meminta bantuan dan menugaskan dokter lintas batas.