REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Para importir kedelai yang tergabung dalam Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) menjamin ketersediaan pasokan kedelai meski tren harga sedang tinggi."Kita jaga supply dan demand. Sekarang harga naik, tapi kami menjamin stok barang akan ada terus. Kami sediakan barang sesuai kebutuhan," kata Ketua Akindo, Yusan, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi IV DPR, Rabu (20/1).
Ia menjelaskan, kenaikan harga yang tengah terjadi murni karena faktor global. Ia mengatakan, para pengrajin tempe dan tahu yang mengeluhkan harga kedelai juga bisa memantau langsung pergerakan harga karena pembentukan harga jual kedelai impor sangat transparan.
Yusan pun menjelaskan, kenaikan harga dipicu situasi ekonomi dunia yang melemah akibat pandemi. Selain itu, produsen dunia seperti Brasil tengah dihadapkan pada iklim la nina sehingga hasil panen turun.
Lebih lanjut, China yang menjadi konsumen terbesar kedelai di dunia memusatkan pembelian ke Amerika Serikat. Itu membuat stok berkurang dan Indonesia ikut terkena dampak harga."Harga di bulan Mei 2020 itu, 9 dolar AS per gantang, sekarang sudah 13-14 dolar AS per gantang. Stok kedelai di AS sedang tipis (sehingga harga naik). Memang keadaan internasional seperti itu," kata Yusan.
Dengan harga itu, maka rata-rata harga jual kedelai di Indonesia di tingkat pengrajin menjadi sekitar RP 9.500 per kg - Rp 9.600 per kg. Jauh lebih tinggi daripada harga normal sekitar Rp 6.000 per kg - Rp 7.000 per kg.
Ia menambahkan, faktor lain yang memicu kenaikan harga yakni pengangkutan. Saat ini, terjadi ketidakseimbangan arus logistik yang disebabkan terbatasnya persediaan kontainer. "Jadi, selain harga internasional, faktor pengangkutan juga terpengaruh," ujarnya.