Kamis 21 Jan 2021 03:15 WIB

Katib Aam NU akan Pidato di Konferensi Dunia Vatikan

Katib Aam NU, KH Yahya Cholil Staquf. akan pidato di konferensi Vatikan

Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Yahya Cholil Staquf, dan Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, dijadwalkan berbicara sebagai narasumber dalam Konferensi Internasional yang diprakarsai Tahta Suci Vatikan, pekan depan 26 hingga 27 Januari 2021.
Foto: istimewa
Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Yahya Cholil Staquf, dan Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, dijadwalkan berbicara sebagai narasumber dalam Konferensi Internasional yang diprakarsai Tahta Suci Vatikan, pekan depan 26 hingga 27 Januari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—  Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU), KH Yahya Cholil Staquf, dijadwalkan berbicara sebagai narasumber dalam konferensi internasional yang diprakarsai Takhta Suci Vatikan, pekan depan, 26-27 Januari 2021.

Dari Indonesia dia tak sendirian, Gus Yahya juga tampil bersama Uskup Agung Jakarta, KardinalIgnatius Suharyo Hardjoatmodjo, pada konferensi itu.

Dalam pernyataan tertulisnya, di Jakarta, Rabu (20/1), Gus Yahya menyampaikan keprihatinannya atas konflik agama yang masih terus saja terjadi di berbagai wilayah.

Menurut dia. aktivisme dialog antaragama telah berlangsung puluhan tahun, tapi tidak membuahkan hasil yang berarti dalam perbaikan hubungan antarumat beragama. Konflik agama masih terjadi di mana-mana di seluruh dunia, malah cenderung semakin marak. “Hari-hari ini, PBB menempatkan pasukan penjaga perdamaian di 34 titik konflik di seluruh dunia, 26 di antaranya konflik agama," ujarnya.

Dia melihat dialog yang ada selama ini cenderung tidak jujur dalam melihat masalah, dan berhenti di forum dialog tanpa tindak lanjut di lingkungan komunitas masing-masing agama.

Namun begitu, diamengungkapkan optimisme menyambut Konferensi Vatikan kali ini. "Melihat topik-topik diskusi dan para narasumber yang dijadwalkan, saya optimis ini akan menjadi dialog yang jujur dan mengakui masalah apa adanya, sehingga dapat diharapkan menghasilkan solusi yang nyata. Prinsip paling mendasar adalah bahwa dialog antaragama harus dilakukan dengan jujur," kata Gus Yahya.

Konferensi bertajuk “Religious Radicalism: Christian And Muslim Understanding And Responses” (Radikalisme Agama: Pandangan dan Tanggapan Umat Kristen dan Umat Islam), itu akan digelar secara virtual dengan tuan rumah Dewan Kepausan Untuk Dialog Antaragama (Pontifical Council for Interreligious Dialogue).

Keduanya akan tampil di hari pertama konferensi tersebut.Hardjoatmodjo akan berdampingan dengan Prof Akhtarul Wasey, Wakil Kanselir dari Universitas Maulana Azad di Jodhpur Rajasthan, India, untuk menyampaikan catatan-catatan dari sudut pandang Kristen dan Muslim tentang Radikalisme di Asia.

Sedangkan Gus Yahya diminta memberikan wawasan mengenai Global Geo-politic Conflicts and Understanding the Phenomena of Home-grown Terrorism and Foreign FightersaliasKonflik Geopolitik Global dan Pemahaman tentang Gerakan Teroris Yang Tumbuh di Dalam Negeri dan Mujahidin Antarnegara).

Konferensi itu melibatkan tokoh-tokoh dari kalangan pemimpin agama dan intelektual dari Timur Tengah, Afrika, Asia, Eropa dan Amerika.

Selain mereka berdua, akan tampil antara lain Sekretaris Jenderal Liga Ulama Muhammadiyah Kerajaan Maroko, Syekh Ahmad Abbadi, dan pimpinan Desk Islam di Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama, Monsignor Khaled Akasheh asal Yordania.

Juga intelektual Muslim Amerika berdarah Turki yang adalah Senior Fellow pada program studi Islam and Modernity, Cato Intitute, USA, Mustafa Akyol, pendiri the Observatory of Religious Radicalism and Conflict in Africa, Senegal, ProfBakary Sambe, dan 27 orang tokoh Internasional lain.  

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement