Rabu 20 Jan 2021 22:34 WIB

Bupati: Kegiatan Sosial di Tengah Pandemi Sulit Dihindari

Kasus Covid-19 di Kabupaten Ngada mulai terjadi usai pelaksanaan pilkada.

Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bupati Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur Paulus Soliwoa mengatakan kegiatan sosial masyarakat di tengah pandemi Covid-19 masih sulit dihindari. Hal itu menjadi salah satu alasan Kabupaten Ngada yang sebelumnya termasuk kategori zona hijau menjadi terdapat kasus.

"Terutama yang sulit dihindari kegiatan sosial masyarakat, banyak upacara-upacara adat," kata Paulus dalam bincang-bincang mengenai penanganan Covid-19 di zona hijau yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (20/1).

Baca Juga

Selain itu, dia mengatakan, beberapa hal lain yang menyebabkan terjadinya kasus Covid-19 di Ngada karena masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan karena merasa wilayahnya termasuk kategori hijau tanpa adanya penularan. Paulus mengatakan Kabupaten Ngada sebelumnya termasuk kategori zona hijau Covid-19.

Paulus mengatakan, kasus Covid-19 mulai terjadi pada Desember 2020 usai pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada). Dia mengatakan, Pemkab Ngada sudah membagikan 100 ribu masker kepada masyarakat dengan dibarengi sosialisasi protokol kesehtan 3M.

Selain itu, kepala daerah juga mengimbau warga Kabupaten Ngada untuk tidak keluar wilayah terutama daerah dengan kategori zona merah agar tidak terjadi penularan. Begitupun sebaliknya, bagi warga Ngada yang berada di wilayah zona merah diharapkan untuk sementara tidak kembali ke Ngada.

Namun setelah masa kampanye Pilkada, kata Paulus, perilaku masyarakat sedikit berubah dengan mengendurkan protokol kesehatan. Kepala daerah juga telah membentuk satuan tugas penanganan Covid-19 pada level kabupaten, kecamatan, desa, dan kelurahan.

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19 Dr Sonny Harry B Harmadi memahami kegiatan sosial masyarakat yang memang sulit dihindari. Menurutnya, pada dasarnya masyarakat Indonesia memang sudah terbiasa berkegiatan sosial dan telah dilakukan sejak turun temurun.

Sonny menyadur hasil survei Badan Pusat Statistik yang menunjukkan alasan orang tidak menerapkan protokol kesehatan 3M salah satunya karena yakin di sekelilingnya tidak ada kasus. "Karena dia yakin, maka mereka berpikir bebas tidak menerapkan 3M. Padahal berbeda dengan beberapa penyakit, Covid-19 baru ketahuan seseorang memiliki virus kalau dites, karena banyak sekali orang tanpa gejala," kata Sonny.

Karenanya, Sonny menekankan pentingnya memberikan pengetahuan pada masyarakat bahwa penyakit ini menular dari orang ke orang.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement