Jumat 22 Jan 2021 11:54 WIB

Tiga Wajah Sukarno: Pribadi, Pemikiran, dan Politik

Pembahasan mengenai Presiden pertama Indonesia Sukarno akan selalu menarik

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Tiga Wajah Sukarno: Pribadi, Pemikiran, dan Politik | Suara Muhammadiyah
Tiga Wajah Sukarno: Pribadi, Pemikiran, dan Politik | Suara Muhammadiyah

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pembahasan mengenai Presiden pertama Indonesia Ir Sukarno akan selalu menarik. Mulai dari kisah perjuangan hingga pandangan-pandangan politis serta religiusnya. Banyak penulis yang menuangkan pemikirannya khusus untuk mengulik sisi Nasionalisme Religius dari Sukarno, salah satunya Prof M Ridwan Lubis.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melalui Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M), memberikan ruang diskusi publik untuk membedah buku Sukarno dan Islam, Dialog Pemikiran Modernisme Islam di Indonesia karya Prof M Ridwan Lubis, Rabu (20/1). Acara ini diselenggarakan secara virtual dan mengundang beberapa tokoh Nasional seperti Anggota DPR RI Hamka Haq, Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia Prof Dr Yudi Latif, MA, dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti.

Penulis Buku, Prof M Ridwan Lubis mencoba memperlihatkan tiga wajah Sukarno yang telah ia tuangkan dalam karyanya yaitu pribadi, pemikiran, dan sisi politisnya. Menurutnya juga ada keunikan dari Bung Karno yaitu sebagai pemikir Islam. “Sumber pemikiran Sukarno adalah dari demokrasi barat. Pemikiran tentang Islamnya didapat dari (Saudi Arabia, Turki, Mesir), humanisme India, sejarah eksploitasi bangsa Indonesia,” tuturnya.

Namun begitu, Bung Karno mengemukakan pandangan yang dianggap kontroversial pada masanya. Di tengah alur pemikiran mu’tamad-tekstual-tradisional yang cenderung menatap masa lalu, Bung Karno mengemukakan pemikiran rasional-filosofis-spekulatif menatap masa depan (deconfessionalized of muslim thought).

“Jadi dari orientasi pemikiran Islam bergeser dari simbolistik formee verklarin kepada substansi menuju Islam gerakan. Fokus perhatian fase kemajuan Islam (abad 7-13 M) dan kebangkitan Islam (abad 18-20) merupakan orientasi pemikirannya yaitu lebih tertuju optimisme kebangkitan Islam, sebagai sumbangsih untuk kemerdekaan bangsa dari penjajahan,” tambah Ridwan.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement