Kamis 21 Jan 2021 07:25 WIB

Joe Biden Warisi Amerika Serikat yang Terpecah-belah

Biden menghadapi serangkaian urgensi dan krisis yang tak pernah dialami sebelumnya

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Presiden terpilih Joe Biden menyampaikan pidato perdana setelah mengucapkan sumpah untuk menjadi Presiden ke-46 Amerika Serikat, Washington, Rabu (20/1).
Foto: EPA/Pool/Saul Loeb
Presiden terpilih Joe Biden menyampaikan pidato perdana setelah mengucapkan sumpah untuk menjadi Presiden ke-46 Amerika Serikat, Washington, Rabu (20/1).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Joe Biden mengambil sumpah jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pada Rabu (20/1) waktu setempat. Ia menjadi presiden AS ke-46 ketika negara itu terpecah-belah dan menghadapi salah satu krisis yang paling buruk yang pernah terjadi.

Upacara pelantikan presiden tahun ini mencerminkan apa yang dihadapi Amerika. Pergantian kekuasaan damai yang menjadi tradisi AS tercoreng oleh serangan pendukung Donald Trump ke Capitol Hill. Pelantikan pun dijaga ketat oleh puluhan ribu tentara bersenjata lengkap.

Baca Juga

Ketidakhadiran masyarakat yang biasanya memenuhi taman National Mall saat pelantikan presiden mewakili 400 ribu lebih warga AS yang meninggal dunia karena virus corona. Demi mencegah penularan lebih lanjut, warga AS hanya bisa menyaksikan upacara demokrasi itu di layar televisi.

Biden akan mengambil sumpah jabatan di hadapan ratusan ribu bendera yang mewakili masyarakat AS. Ia juga tidak akan mendapatkan jabatan tangan dan ucapan selamat dari pendahulunya, Trump, yang menolak menghadiri upacara pelantikan tersebut.

Biden berhasil terpilih dalam usahanya yang ketiga di pemilihan presiden. Ia tidak membedakan dirinya dengan kandidat lain dengan ideologi politik tertentu. Ia menarik suara pemilih melalui gagasan bahwa Trump ancaman nyata bagi demokrasi Amerika.

Di hari pertamanya, Biden mengeluarkan sejumlah perintah eksekutif dalam isu pandemi, perubahan iklim, imigrasi, dan isu-isu lainnya. Biden mengambil alih kekuasaan ketika AS terpecah-belah dan ia akan menghadapi tantangan yang hanya bisa disaingi Abraham Lincoln dan Franklin D. Roosevelt.  

"Biden menghadapi serangkaian urgensi, krisis-krisis yang tidak pernah kami hadapi sebelumnya, dan harus diselesaikan dalam satu waktu, sangat sulit mencari perbandingannya dalam sejarah," kata sejarawan presiden AS Michael Beschloss, Selasa (20/1).

"Saya pikir sebagai negara demokrasi kami telah mengalami pengalaman hampir mati. Amerika akan menyaksikan presiden baru yang disumpah sepenuhnya sadar betapa rapuhnya demokrasi kami dan betapa harus dilindungi," tambah Beschloss.

Biden akan menjabat dengan empati dan usaha menyelesaikan masalah yang didorong tragedi pribadi serta pengalaman selama empat dekade di Washington. Ia disumpah sebagai presiden di usia 78 tahun, presiden AS tertua yang pernah dilantik.

Pelantikan ini mencetak banyak sejarah, seperti Kamala Harris yang menjadi perempuan pertama yang terpilih sebagai Wakil Presiden AS. Mantan Senator dari Kalifornia itu juga perempuan kulit hitam pertama dan keturunan Asia Selatan pertama yang menjabat sebagai wakil presiden.

Puluhan ribu tentara berjaga-jaga di jalan untuk memastikan pelantikan berlangsung lancar. Ketegangan ini dipicu penyerangan pendukung Trump ke Capitol Hill untuk mencegah Kongres meresmikan kemenangan Joe Biden.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement