REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – China menunda pembayaran utang Kenya yang jatuh tempo selama enam bulan ke depan. Langkah ini diambil sepekan setelah kreditor Paris Club menawarkan keringanan serupa kepada negara Afrika Timur tersebut.
Seperti dilansir di Bloomberg, Rabu (20/1), Kenya telah dijadwalkan untuk membayar 27 juta shilling atau 245 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,43 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar AS) ke China sepanjang Januari hingga Juni. Menteri Keuangan Ukur Yatani menyebutkan, penundaan pembayaran ini telah disetujui setelah pembicaraan dengan pemerintah China.
Dalam wawancara di radio Spice FM, Ukur menjelaskan, keringanan utang dari China akan memberikan negara sebuah kesempatan untuk menghentikan jenis likuiditas yang mereka inginkan. Selama ini, China merupakan kreditor eksternal Kenya terbesar kedua setelah Bank Dunia.
Kenya merupakan satu dari beberapa negara Afrika yang mengupayakan jeda pembayaran utang untuk mengatasi dampak ekonomi dari pandemi Covid-19. Pada Oktober, pemerintah Kenya merevisi perkiraan defisit anggaran tahun 2020-2021 menjadi 8,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), dari perkiraan sebelumnya 7,5 persen.
Sebelumnya, pada awal bulan ini, Paris Club setuju untuk menunda pembayaran 300 juta dolar AS dari pemerintah Kenya yang selama ini merupakan ekonomi terbesar Afrika Timur.