Kamis 21 Jan 2021 11:58 WIB

Langkah Pertama Joe Biden Kembali ke Perjanjian Iklim Paris

Biden memerintahkan peninjauan menyeluruh terhadap semua tindakan Trump di isu iklim

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Foto: JIM LO SCALZO / POOL/EPA POOL
Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan AS kembali bergabung ke Perjanjian Iklim Paris. Langkah di isu perubahan iklim itu menjadi salah satu perintah eksekutif yang Biden tandatangani di hari pertamanya menjabat.

Biden juga memerintahkan peninjauan menyeluruh terhadap semua tindakan Donald Trump melemahkan perlindungan lingkungan untuk mengatasi perubahan iklim. Ia mencabut izin pipa minyak Keystone XL perusahaan TC Energy dari Kanada dan moratorium aktivitas minyak dan gas di Arctic National Wildlife Refuge.

Baca Juga

Perintah itu menandai dimulainya kebijakan-kebijakan Biden di bidang perubahan iklim di negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar setelah China. Pemerintah Trump mencela ilmu pengetahuan dan mencabut regulasi lingkungan untuk memaksimalkan pembangunan bahan bakar fosil.

Biden berjanji mengembalikan AS ke jalur yang benar untuk meraih target emisi nol pada tahun 2050. Para ilmuwan berpendapat untuk menghindari dampak paling buruk dari pemanasan global, pemerintah di seluruh dunia harus memotong emisi gas rumah kaca cara dengan membatasi produksi bahan bakar fosil dan berinvestasi pada energi bersih.

Perpecahan politik di Washington membuat langkah tersebut tidak mudah diraih. Perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil menentang upaya tersebut. Mitra internasional juga khawatir perubahan kebijakan AS mengarah pada sesuatu yang merusak.

"Dengan adanya seorang penyangkal perubahan iklim di Oval Office, selama empat tahun terakhir kami keluar jalur dengan sangat buruk," kata penasihat Presiden Barack Obama yang membantu merancang Perjanjian Paris 2015, John Podesta, Kamis (21/1).

"Kami memasuki arena internasional dengan kredibilitas yang defisit," tambahnya.  

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement