REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelas menengah punya peran paling penting untuk pemulihan ekonomi nasional tahun 2021. Dengan porsi yang besar, kelas menengah punya kontribusi yang besar pula terhadap peningkatan produk domestik bruto (PDB). Sayangnya, sampai awal 2021 ini belum terlihat adanya kenaikan permintaan konsumsi oleh kelas menengah secara signifikan.
"Sebetulnya ruang paling besar untuk memperkuat, menaikkan, meningkatkan demand itu adalah kelas menengah. Yang sampai saat ini belum bergerak untuk demand-nya naik," ujar Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Kompas100 CEO Forum, Kamis (21/1).
Untuk menjawab tantangan ini, ujar presiden, pemerintah terus menyalurkan bantuan sosial dan berbagai insentif untuk masyarakat. Termasuk, melalui bantuan bagi pelaku UMKM, insentif pajak, dan bantuan modal. Bantuan, ujar Jokowi, juga diberikan kepada para pekerja yang terdampak pandemi melalui kartu Prakerja.
"Untuk apa, agar ada daya beli, agar ada konsumsi, agar ada demand," katanya.
Namun di luar semua itu, Presiden tetap menekankan bahwa penerapan protokol kesehatan tetap menjadi kunci pemulihan ekonomi. Dengan protokol kesehatan, ujarnya, maka perlahan aktivitas ekonomi bisa pulih sepenuhnya.
"Di pemerintah sendiri, terus laksanakan namanya testing, tracing, dan treatment. Itu harus terus diperbaiki," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Jokowi kembali menyampaikan optimismenya bahwa 2021 menjadi tahun perbaikan bagi ekonomi nasional. Sejumlah sektor industri yang kuat bertahan selama pandemi memberi kontribusi lebih banyak dalam pemulihan ekonomi.
Beberapa industri yang disebut paling bertahan selama pandemi Covid-19, ujar presiden, adalah sektor pangan, farmasi dan kesehatan, teknologi, jasa keuangan, serta pendidikan. Industri tersebut terbukti bertahan meski ekonomi nasional dihantam pandemi dan melemahkan daya beli masyarakat.
Kendati begitu, presiden menekankan masih ada pekerjaan rumah pemerintah untuk meningkatkan serapan bahan baku lokal terhadap industri nasional. Sektor pangan misalnya, Jokowi menekankan masih tingginya ketergantungan Indonesia terhadap produk impor.