REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Pemerintah Sri Lanka membuka kembali negaranya untuk turis asing pada Kamis (21/1). Langkah ini terjadi setelah Kolombo melakukan penutupan wilayah hampir 10 bulan untuk menghadapi pandemi virus corona.
Operasi penuh juga dilanjutkan di dua bandara internasional pulau itu dengan mengakomodasi penerbangan komersial sejak Kamis. Meski telah menerima kunjungan dari luar negeri, beberapa aturan perjalanan cukup ketat tetap diterapkan.
Aturan protokol baru untuk mencegah penyebaran Covid-19 mengharuskan wisatawan dites negatif virus di negara asal dalam 72 jam sebelum penerbangan, saat tiba di hotel di Sri Lanka, dan tujuh hari kemudian. Mereka pun harus tetap berada dalam gelembung perjalanan yang ditetapkan di 14 zona pariwisata tanpa bercampur dengan penduduk setempat. Sekitar 180 hotel telah dialokasikan untuk akomodasi turis.
Memulai kembali pariwisata ini mengikuti proyek percontohan yang telah dilakukan sejak 26 Desember. Ketika itu 1.500 wisatawan dari Ukraina mengunjungi Sri Lanka dalam gelembung perjalanan seperti itu.
Pemerintah menutup negara itu untuk wisatawan Maret lalu ketika wabah virus corona muncul pertama kali di Sri Lanka. Bandara internasional ditutup kecuali untuk penerbangan terbatas yang memungkinkan warganya untuk pulang.
Pariwisata adalah sektor ekonomi penting untuk Sri Lanka dengan menyumbang sekitar lima persen dari produk domestik bruto dan mempekerjakan 250 ribu orang secara langsung dan hingga tiga juta secara tidak langsung. Hotel, bisnis lain, dan karyawan mereka menghadapi kerugian pendapatan yang melumpuhkan selama pembatasan.
Sri Lanka memiliki kurang dari 4.000 kasus infeksi virus corona hingga Oktober ketika kelompok yang berpusat di pabrik garmen dan pasar ikan menyebar di ibu kota, Kolombo, dan pinggirannya. Hingga Kamis, telah dikonfirmasi lebih dari 55 ribu kasus dengan 274 kematian di negara itu.