Kamis 21 Jan 2021 21:27 WIB

Daging Sapi di Jabar Rp 120 Ribu, DKPP Pastikan Stok Stabil

Kebutuhan daging sapi di Jabar mayoritas diperoleh dari impor.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Kementan menyatakan stok daging sapi dan kerbau masih aman dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Foto: Kementan
Kementan menyatakan stok daging sapi dan kerbau masih aman dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Harga daging sapi di pasar tradisional melonjak. Hal ini, membuat sejumlah pedagang di Jabar mogok berjualan. Menurut Kepala Dinas Ketahan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat Jafar Ismail, harga daging di Jabar saat ini hingga mencapai Rp 120 ribu per kilogram di pasar tradisional.

Jafar berharap, tidak ada lagi mengalami kenaikan harga untuk jangka waktu ke depan. Saat ditanya mengenai adanya pedagang daging sapi yang mogok berjualan, Jafar mengatakan, sebenarnya ketersediaan daging sapi di Jawa Barat masih stabil. Hal itu jika masyarakat mau memanfaatkan daging beku yang diimpor.

Baca Juga

"Tapi karena masyarakat kita kecenderungan lebih pada daging yang baru dipotong, sehingga kecenderungannya (harga) jadi naik,"

ujar Jafar, Kamis (21/1).

Menurutnya, sejumlah alasan harga daging sapi dapat melambung belakangan ini. Terlebih untuk di Jabar, di mana 90 persen kebutuhan sapi didatangkan dari luar, baik itu dari provinsi dan negara lain.

"Kebanyakan kan seperti Jabar kebutuhan daging sapi itu 90 persen dipenuhi dari luar bukan dari sapi lokal," ucap dia.

Jafar mengatakan, negara Australia menjadi salah satu importir untuk daging sapi potong di Jabar. Di mana kenaikan harga sudah terjadi sejak 2020 lalu,  yang menyentuh 3,6 dolar AS untuk satu kilogram bobot hidup dan bakalan. Bahkan sejak Juli 2020 sampai Januari itu sudah di 3,9 dolar AS per satu kilogram.

"Jadi ada kenaikan sejak Juli hingga Januari itu sudah mencapai Rp 13 ribu per kilogram dari harga sebelumnya," katanya.

Menurut Jafar, kenaikan ini tidak bisa dihindari, di mana harga tinggi berkaitan dengan populasi Sapi di Australia sendiri yang mengalami penurunan. Hal itu tak luput dari pengaruh bencana alam yang terjadi di negeri kanguru tersebut.  

"Pada 2019 itu terjadi kebakaran Kemudian  terjadi 2020 banjir besar ini menurunkan populasi hampir 24 persen," katanya.

Kebutuhan daging sapi di Jabar sendiri, kata dia, sebanyak 195 ribu ton atau setara satu juta ekor per tahun. Adapun 10 persen dipenuhi pemotongan hasil Jawa barat, yaitu dari petani lokal.

"Ada juga dipenuhi dari luar Daerah dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Bali. Kemudian dari impor, Australia memang yang banyak," katanya.

Untuk mengantisipasi kenaikan harga ini, kata dia, DKPP pun menggelar pasar murah di Toko Tani Indonesia Center (TTIC) Jabar yang berada di Jalan Rancabolang, Sekejati, Rancasari Kota Bandung.

"Kita juga hadirkan daging beku Rp 85.000 lebih murah, kemudian cabe rawit, cabe tanjung ,cabe keriting karena permintaannya juga banyak sekarang," kata Jafar.

Mengenai kenaikan harga daging sapi ini pun, kata dia, sudah dibicakan oleh Kemenag.  Untuk mengupayakan agar tetap stabil, maka langkah pertama yaitu menyediakan pasokan lebih dahulu.  

"Itu untuk menjaga harga daging sapi tetap stabil walaupun dengan harga lebih tinggi dari sebelumnya," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement