Jumat 22 Jan 2021 11:21 WIB

Dibuka Menguat, IHSG Masih Berpotensi Koreksi

Pergerakan IHSG hampir sejalan dengan indeks saham Asia yang dibuka cenderung turun.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pasar saham domestik dibuka di zona positif pada perdagangan Jumat (22/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,09 persen atau naik 5 poin ke level 6.419,57.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Pasar saham domestik dibuka di zona positif pada perdagangan Jumat (22/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,09 persen atau naik 5 poin ke level 6.419,57.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham domestik dibuka di zona positif pada perdagangan Jumat (22/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,09 persen atau naik 5 poin ke level 6.419,57. Namun tidak lama kemudian IHSG kembali jatuh ke zona merah dan terkoreksi 0,28 persen.

Pergerakan IHSG ini hampir sejalan dengan indeks saham Asia yang dibuka cenderung turun. Phillip Sekuritas Indonesia melihat pergerakan pasar saham dipengaruhi ketidakpastisn prospek peluncuran paket stimulus di Amerika Serikat (AS). 

Selain itu, pasar saham juga memgamati lonjakan kasus penularan Covid-19 di dunia serta kinerja keuangan korporasi.

"Kami memperkirakan IHSG akan bergerak melemah terbatas pada hari ini," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Jumat(22/1).

Menurut riset, investor juga mencerna hasil pertemuan kebijakan dari bank sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BOJ). Seperti yang sudah di prediksi pasar, ECB mempertahankan suku bunga acuan Deposit Rate di level minus 0,5 persen.

ECB juga memberi peringatan bahwa lonjakan penularan Covid-19 adalah merupakan sebuah ancaman serius bagi proses pemulihan ekonomi zona Euro. Sementara itu, Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan ekonomi Eropa kemungkinan besar mencatatkan kontraksi di kuartal IV yang berarti Eropa menuju pada resesi ganda (doubledip recession). 

Di Asia, BOJ mempertahankan target suku bunga jangka pendek di level minus 0,1 persen dan imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah bertenor 10 tahun di sekitar 0 persen. BOJ memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun fiskal berjalan yang berakhir bulan March 2021 menjadi minus 5,6 persen dari sebelumnya minus 5,5 persen. 

"Namun BOJ merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan untuk tahun fiskal mendatang menjadi 3,9 persen dari proyeksi pada bulan Oktober 2020 yang sebesar 3,6 persen, tanda bahwa saat ini BOJ sudah merasa memberikan cukup stimulus untuk mengimbangi goncangan yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19," tambah Phillip Sekuritas Indonesia. 

Berkaitan dengan virus Covid-19, jumlah kematian di Jerman telah melampaui 50 ribu sementara Inggris menderita hari terburuk selama pandemi. Presiden AS Joe Biden telah mengumumkan strategi nasional untuk memerangi virus Covid-19 namun memperingatkan bahwa sekitar 100 ribu jiwa mungkin akan hilang dalam beberapa bulan mendatang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement