Jumat 22 Jan 2021 11:39 WIB

Uang Beredar per Desember 2020 Capai Rp 6.900 Triliun

Komponen uang kuasi melambat menjadi 10,5 persen.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Bank Indonesia merilis posisi likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) yang meningkat pada Desember 2020, didorong oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1). Posisi M2 pada Desember 2020 sebesar Rp 6.900,0 triliun atau meningkat 12,4 persen (yoy).
Foto: Thoudy Badai/Republika
Bank Indonesia merilis posisi likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) yang meningkat pada Desember 2020, didorong oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1). Posisi M2 pada Desember 2020 sebesar Rp 6.900,0 triliun atau meningkat 12,4 persen (yoy).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia merilis posisi likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) yang meningkat pada Desember 2020, didorong oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1). Posisi M2 pada Desember 2020 sebesar Rp 6.900,0 triliun atau meningkat 12,4 persen (yoy).

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono menyampaikan nilai tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,2 persen (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh M1 yang tumbuh sebesar 18,5 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 15,8 persen (yoy).

"Hal tersebut sejalan dengan peningkatan peredaran uang kartal di masyarakat dan giro rupiah," katanya dalam keterangan pers, Jumat (22/1).

Sementara itu, komponen uang kuasi melambat, dari 11,1 persen (yoy) menjadi 10,5 persen (yoy) pada Desember 2020. Pertumbuhan surat berharga selain saham juga terkontraksi lebih dalam menjadi minus 10,6 persen (yoy) dari minus 5,8 persen (yoy) pada November 2020.

Berdasarkan faktor yang memengaruhi, peningkatan M2 pada Desember 2020 disebabkan oleh aktiva luar negeri bersih dan kenaikan ekspansi keuangan pemerintah. Hal ini tercermin dari pertumbuhan aktiva luar negeri bersih Desember 2020 sebesar 13,6 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan November 2020 sebesar 10,3 persen (yoy).

Tagihan bersih kepada pemerintah pusat juga meningkat, dari 66,5 persen (yoy) menjadi 66,9 persen (yoy) pada Desember 2020. Sementara itu, pertumbuhan kredit terkontraksi lebih dalam menjadi minus 2,7 persen (yoy) dari minus 1,7 persen (yoy) pada November 2020.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement