REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan salah satu tantangan program vaksinasi Covid-19 adalah efektivitas dan keamanan vaksin Covid-19. Efektivitas vaksin belum tentu terlihat dalam jangka waktu pendek.
"Efektivitas dan keamanan vaksin barangkali belum tentu terlihat dalam jangka waktu pendek, artinya banyak orang yang ketika vaksinasi pertama dilakukan kemarin, tanggal 13 Januari 2021, banyak yang khawatir banyak yang takut dan segala macam dan kemudian ketika merasa tidak apa-apa merasa bahwa oh sudah beres padahal efektivitas dan keamanannya barangkali baru terlihat dalam jangka waktu menengah misalkan mingguan atau bulanan," katanya dalam webinar "Tantangan dan Kebijakan Pengembangan Vaksin Merah Putih untuk Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19" di Jakarta, Jumat.
Tantangan lain, kata dia, terkait dengan proteksi terhadap infeksi dan timbulnya gejala penyakit sedang. Pada intinya, kekebalan tubuh yang ditimbulkan dari vaksin Covid-19 tersebut kemungkinan tidak seumur hidup. Sehingga perlu vaksinasi ulang yang tentunya juga harus memperhitungkan mutasi virus corona penyebab Covid-19 di masa depan.
Menurut Bambang, penyadaran mengenai pentingnya perlindungan melalui vaksinasi untuk mencegah terinfeksi Covid-19 menjadi penting dan tentunya kualitas vaksin harus menjamin proteksi yang diberikan.
Dengan dilakukannya vaksinasi Covid-19, diharapkan menurunkan kematian dan kasus akibat Covid, melindungi dan memperkuat sistem kesehatan masyarakat, menjaga produktivitas dan mengembalikan perekonomian masyarakat, serta mencapai kekebalan kelompok dan melindungi populasi masyarakat.
Dalam seminar virtual itu, Menristek Bambang juga memaparkan tentang tantangan yang dihadapi dalam pengembangan vaksin Covid-19. Tantangan tersebut adalah evolusi pada strain baru, kemungkinan adanya mutasi, pemilihan platform pengembangan vaksin, serta pengaturan operasional manufaktur termasuk kapasitas produksi butuh waktu.