Sabtu 23 Jan 2021 06:20 WIB

KPPU Berencana Selidiki Masalah Kenaikan Harga Daging Sapi

KPPU masih mendalami potensi pelanggaran persaingan usaha dalam kasus daging sapi ini

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang berjualan daging sapi di Los Daging Pasar Ciroyom, Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/1/2021). Harga daging sapi yang naik menjadi Rp 120 ribu hingga Rp 130 ribu per kilogram membuat pedagang mogok.
Foto: Antara/Novrian Arbi
Pedagang berjualan daging sapi di Los Daging Pasar Ciroyom, Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/1/2021). Harga daging sapi yang naik menjadi Rp 120 ribu hingga Rp 130 ribu per kilogram membuat pedagang mogok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengatakan, terdapat peluang untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah kenaikan daging sapi yang disusul aksi mogok berjualan para pedagang sapi pada awal pekan ini.

“Opsi itu semua masih terbuka. Terkait pelanggarannya kami belum tahap penelitian. Masih terus kami lihat apakah mahalnya harga dikarenakan ada intervensi yang mengarah ke pelanggaran persaingan usaha,” kata Wakil Ketua KPPU Guntur Syahputra Saragih dalam sebuah diskusi virtual, Jumat (22/1).

Baca Juga

Guntur menjelaskan sejauh ini KPPU masih memantau perkembangan dan mendalami potensi pelanggaran persaingan usaha dalam kasus ini. Menurut dia, kenaikan harga komoditas pangan tidak selalu terjadi karena ada pelanggaran aturan persaingan usaha namun juga bersinggungan dengan ketersediaan pasokan di pasar.

Ia menambahkan, KPPU juga belum dapat memastikan apakah kenaikan harga daging sapi kali ini sama seperti kasus impor daging tahun 2016 silam yang juga diusut KPPU.

Pada kasus tersebut, Guntur mengatakan terdapat temuan kartel impor daging sapi yang melibatkan 32 pelaku usaha. Praktik kartel itu secara nyata menimbulkan adanya lonjakan harga daging. "Terus kita pantau soal harga daging ini," katanya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement