REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak lebih rendah pada akhir perdagangan Jumat (22/1) atau Sabtu (23/1) pagi WIB. Kejatuhan harga minyak karena terseret peningkatan persediaan minyak mentah AS dan kekhawatiran bahwa pembatasan pandemi baru di China akan mengekang permintaan bahan bakar di importir minyak terbesar dunia itu.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret merosot 69 sen atau 1,23 persen, menjadi menetap di 55,41 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret turun 86 sen atau 1,62 persen, menjadi ditutup di 52,27 dolar AS per barel.
Untuk minggu ini, patokan minyak mentah AS turun 0,3 persen sementara Brent naik 0,6 persen, berdasarkan kontrak bulan depan.
Secara mengejutkan, persediaan minyak mentah AS naik 4,4 juta barel dalam seminggu terakhir, dibandingkan ekspektasi penurunan 1,2 juta barel.
Perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini menambahkan rig minyak dan gas alam selama sembilan minggu berturut-turut di tengah harga lebih tinggi selama beberapa bulan terakhir, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes pada Jumat (22/1), tetapi jumlah keseluruhan masih 52 persen di bawah periode sama tahun lalu. .
Pemulihan permintaan bahan bakar di China mendukung kenaikan pasar akhir tahun lalu, sementara Amerika Serikat dan Eropa tertinggal, tetapi sumber dukungan itu memudar karena gelombang baru kasus Covid-19 telah memicu pembatasan baru.