Ahad 24 Jan 2021 17:14 WIB

Warga Prancis Diimbau tak Mengobrol di Transportasi Umum

Imbauan tak mengobrol di transportasi umum Prancis untuk mencegah Covid-19

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Seorang pria menaiki tangga yang kosong ketika diberlakukannya jam malam di Marseille, Prancis, Ahad (10/1). Menanggapi adanya temuan varian baru Covid-19 di kota Marseille, otoritas setempat akan memberlakukan jam malam lebih awal. Semula, aktivitas masyarakat berhenti pukul 8 malam dan kini menjadi pukul 6 sore hingga 6 pagi keesokan harinya.
Foto: AP / Daniel Cole
Seorang pria menaiki tangga yang kosong ketika diberlakukannya jam malam di Marseille, Prancis, Ahad (10/1). Menanggapi adanya temuan varian baru Covid-19 di kota Marseille, otoritas setempat akan memberlakukan jam malam lebih awal. Semula, aktivitas masyarakat berhenti pukul 8 malam dan kini menjadi pukul 6 sore hingga 6 pagi keesokan harinya.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Warga Prancis diimbau agar tak mengobrol satu sama lain saat berada di transportasi umum. Hal itu guna mencegah penularan Covid-19.

"Penggunaan masker wajib di angkutan umum, di mana jarak sosial tidak memungkinkan, harus disertai dengan satu tindakan pencegahan yang sangat sederhana: hindari berbicara dan menelepon," kata French National Academy of Medicine (FNAM) dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (23/1).

Baca Juga

Anggota FNAM Patrick Berche mengungkapkan, jika di sebuah gerbong kereta bawah tanah hanya terdapat tiga penumpang, berbicara atau melakukan telepon tidak akan menjadi masalah. Namun bila jarak antar penumpang hanya dua sentimeter, sebaiknya hal demikian tak dilakukan. "Itu bukan kewajiban, itu rekomendasi," ujarnya.

FNAM bukan badan penasihat resmi negara. Ia dapat menanggapi pertanyaan pemerintah dan menerbitkan rekomendasi. Terkadang anjuran yang dirilis bertentangan dengan kebijakan resmi pemerintah.

Baru-baru ini, FNAM mengkritik rekomendasi pemerintah tentang penggunaan masker bedah di ruang publik daripada masker kain. “Pengetatan regulasi yang diusulkan (tentang masker) didasarkan pada prinsip kehati-hatian tetapi tidak memiliki bukti ilmiah,” kata FNAM.

Menurut FNAM, masker kain buatan pabrik atau pribadi efisien dalam mencegah penyebaran Covid-19 selama dipakai dengan benar. Sebagian besar infeksi terjadi dalam situasi ketika warga melepas maskernya.

“Perubahan dalam rekomendasi yang berkaitan dengan praktik yang telah dikenal oleh seluruh penduduk, berisiko memicu ketidaktahuan dan dapat menghidupkan kembali keraguan tentang kesehatan kebijakan resmi,” kata FNAM.

Sejauh ini, Prancis telah mencatatkan 3 juta kasus Covid-19. Pandemi telah membunuh lebih dari 73 warga di sana. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement