Senin 25 Jan 2021 00:05 WIB

Menag dan Uskup Agung Diskusi Moderasi Beragama

Islam di Indonesia berbeda dengan sebagian negara di Timur Tengah

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Menag dan Usukup Agung Diskusi Moderasi Beragama. Menag Yaqut Cholil Qoumas.
Foto: Republika
Menag dan Usukup Agung Diskusi Moderasi Beragama. Menag Yaqut Cholil Qoumas.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas berkunjung ke Uskup Agung Jakarta, Prof Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo di Gereja Katedral Jakarta pada Jumat (22/1) sore. Mereka berdiskusi tentang penguatan moderasi beragama.

"Kunjungan silaturahim ini sudah lama saya rencanakan. Namun karena padatnya kegiatan dan acara di Kemenag, sehingga baru sekarang bisa terwujud. Saya senang sekali bisa masuk ke sini. Sebelumnya saya hanya bisa melihat dari luar," kata Menag kepada Uskup Agung Suharyo Hardjoatmodjo, Jumat (22/1).

Pertemuan dua tokoh ini mendiskusikan masalah penguatan moderasi beragama. Menag menegaskan bahwa penguatan moderasi beragama sebagai salah satu prioritasnya. 

"Visi kebangsaan dan moderasi beragama menjadi prioritas kami," kata Menag melalui siaran pers yang diterima Republika, Ahad (24/1).

Menurut Menag, dukungan dari umat Katolik Indonesia sangat dibutuhkan dalam upaya mengemban tugas di Kementerian Agama. Apalagi, Gus Menteri berkomitmen untuk menjadikan Kemenag sebagai milik semua umat. 

"Kami tengah membangun cita-cita peradaban manusia ke arah yang lebih baik dari masing-masing agama dan kami mohon bimbingannya. Tatanan ke depan hubungan antarumat beragama semoga bisa semakin baik," ujarnya.

Mewakili Keuskupan Agung Jakarta dan umat Katolik, Uskup Agung Suharyo Hardjoatmodjo menyampaikan terima kasih kepada Menag atas kunjungannya ke Gereja Katedral.

"Kami gembira saat njenengan (kamu) ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai menteri agama Republik Indonesia. Sebagai umat, kami mendokan semoga pelayanan yang bapak menteri agama dan jajaran diberkati Tuhan sesuai dengan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia," ujar Suharyo Hardjoatmodjo.

Usai saling menyapa, Uskup Agung Jakarta Suharyo Hardjoatmodjo mengajak Menag untuk meninjau dari dekat Gereja Katedral. Sambil menyusuri Katedral, Uskup Agung Jakarta Suharyo Hardjoatmodjo menyampaikan gereja dengan kapasitas 800 jamaah ini, sekarang hanya bisa diisi oleh 160 jamaah saat menjalani peribadatan atau sekitar 20 persen, akibat pandemi Covid-19.

Di altar utama Gereja Katedral terpampang sebuah tulisan '2021 Tahun Refleksi, Semakin Mengasihi, Semakin Terlibat, Semakin Berkat.' Ornamen-ornamen bergaya neo gotik yang dibangun oleh arsitek M.J Hulswit ini menambah keindahan bagian dalam Gereja Katedral.

Uskup Agung Suharyo Hardjoatmodjo mengatakan lukisan-lukisan di dinding gereja menjelaskan tentang peristiwa jalan salib yang pernah dialami Yesus Kristus.

Ia menambahkan, keuskupan Agung Jakarta membawahi 37 keuskupan dari Medan hingga Merauke. Sejak tahun 2000, semua uskupnya adalah orang Indonesia di mana tahun sebelumnya ada yang berasal dari Belanda.

"Banyak teman-teman saya di Eropa yang ingin mengenal Islam di Indonesia, khususnya Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Menurut mereka, Islam di Indonesia itu berbeda dengan sebagian negara di Timur Tengah," ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement