Senin 25 Jan 2021 01:01 WIB

Penasihat Biden: AS akan Bekerja dengan Israel

Termasuk membangun pengaturan normalisasi Israel yang sukses.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Fakhruddin
 Seorang pria Israel mengambil gambar gedung kotamadya Tel Aviv yang diterangi dengan bendera Amerika Serikat di Tel Aviv, Israel, Kamis, 7 Januari 2021. Para pejabat mengatakan, pajangan itu adalah tanda solidaritas dengan Amerika Serikat. Serikat dan dukungan untuk demokrasi.
Foto: AP/Sebastian Scheiner
Seorang pria Israel mengambil gambar gedung kotamadya Tel Aviv yang diterangi dengan bendera Amerika Serikat di Tel Aviv, Israel, Kamis, 7 Januari 2021. Para pejabat mengatakan, pajangan itu adalah tanda solidaritas dengan Amerika Serikat. Serikat dan dukungan untuk demokrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Pemerintahan Biden akan bekerja sama dengan Israel dalam masalah keamanan regional dan untuk membangun perjanjian normalisasi regional negara itu. Hal ini disampaikan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan kepada mitranya dari Israel, menurut sebuah pernyataan pada Ahad (24/1).

"Mereka membahas peluang untuk meningkatkan kemitraan selama beberapa bulan mendatang, termasuk membangun pengaturan normalisasi Israel yang sukses dengan Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko," kata Sullivan kepada Meir Ben Shabbat dari Israel pada Sabtu (23/1).

Dalam pernyataan itu, Sullivan juga menyampaikan undangan untuk memulai dialog strategis dalam waktu dekat. Dilansir dari laman Arab News, Ahad (24/1).

Sebelumnya diberitakan surat kabar Etmad pada Sabtu (23/1). Pemerintah Iran mengatakan dapat bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS) terkait minyak dan keamanan Teluk. Namun, Teheran enggan berhubungan dengan Washington dalam hal Israel.

"Menurut pendapat pribadi saya, kami harus mendefinisikan hubungan kami dengan AS, untuk memberi tahu AS bahwa kami tidak akan bekerja sama dengan anda dalam masalah Israel dan kami tidak akan setuju dengan anda," kata Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Etmad pada Sabtu (23/1).

Zarif mengatakan Iran tidak akan membiarkan AS mencampuri urusan dalam negerinya. "Namun kami tidak memiliki masalah untuk bekerja dengan anda (AS) dalam masalah minyak. Kami tidak memiliki masalah dalam memastikan keamanan Teluk Persia, meskipun kami percaya bahwa kehadiran asing di Teluk Persia menyebabkan ketidakamanan dan anda seharusnya tidak berada di sana," ujarnya.

Hubungan AS dan Iran memburuk di bawah pemerintahan mantan Presiden AS, Donald Trump. Hal itu dimulai sejak Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Setelah melakukan hal tersebut, Trump kemudian mengenakan kembali sanksi ekonomi berlapis terhadap Teheran.

Presiden AS Joe Biden telah berjanji akan membawa kembali AS ke dalam JCPOA. Iran menyerukan agar hal itu tak hanya diartikulasikan lewat kata-kata, tapi juga tindakan nyata. 

 

 

Sumber: https://www.arabnews.com/node/1797596/world

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement