REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cucu Rasulullah ﷺ, al-Hasan meninggal dunia karena efek racun yang masuk ke dalam tubuhnya. Seorang tabib yang mengobati al-Hasan mengatakan, racun yang masuk ke tubuhnya sangat kuat hingga merusak fungsi ususnya (Siyar A'lamin Nubala).
Dikutip dari buku Hasan dan Husain the Untold Story karya Sayyid Hasan al-Husaini, suatu ketika, al-Husain, adik sekaligus teman al-Hasan, datang menjenguknya. Setelah masuk ke ruangannya, dia melihat kakaknya sedang terkulai lemah di atas pembaringan.
Al-Husain langsung terkenang masa kecilnya. Dia teringat betapa dahulu mereka selalu bermain dan bekerja bersama-sama. Bahkan belum lama, mereka masih berjihad bersama. Al-Husain menghampiri al-Hasan, lalu duduk di sebelah kepalanya. Dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya saat melihat kakaknya yang berada dalam kondisi seperti itu.
Al-Husain berkata: "Wahai Abu Muhammad! Beri tahu aku, siapa yang telah meracunimu?"
"Untuk apa, saudaraku?" Al-Hasan balik bertanya.
Al-Husain lantas bersumpah: "Demi Allah, aku akan membunuhnya sebelum menguburkan jenazahmu. Jika orang itu berada di tempat yang jauh, aku akan mengutus sejumlah orang untuk menangkapnya".
"Adikku! Dunia ini tak ubahnya malam yang akan segera berlalu. Biarkan saja si pelaku, hingga aku bertemu dengannya dihadapan Allah kelak," balas al-Hasan.
Al-Hasan enggan menyebut nama orang yang meracuninya (Al Bidayah wan Nihayah) khawatir hal itu akan menimbulkan gejolak yang sudah lama hilang. Al-Hasan tidak ingin menumpahkan darah siapa pun karena dirinya, melainkan dia hanya menginginkan kedamaian. Dalam kedamaian itulah al-Hasan menjalani kehidupannya, dan dalam kedamaian itu pula dia meninggalkan dunia ini.
Ketika sakit yang dirasakan al-Hasan semakin menjadi-jadi, perasaannya sempat kurang terkendali. Rasa sakit seperti itu bukanlah hal yang aneh karena setiap kematian didahului dengan sakratul maut.
Al-Husain menemuinya dan berkata: "Wahai Abu Muhammad, mengapa engkau bersikap seperti ini? Kematian itu hanyalah kepergian rohmu meninggalkan jasad, lalu ia akan menemui kedua orang tuamu, Ali dan Fathimah, kakek dan nenekmu, Nabi (Muhammad) dan Khadijah, paman-pamanmu dari ayah, Hamzah dan Ja'far, paman-pamanmu dari ibu, al-Qasim, ath-Thayib, Muthahhir, dan Ibrahim, juga bibi-bibimu, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Zainab" (Tarikh Dimasyq).
Sebelum al-Husain menyelesaikan perkataannya, al-Hasan sudah terlihat gembira dan wajahnya kembali berseri-seri. Sambil menghadapkan wajahnya ke arah al-Husain, dia berkata: "Adikku, aku sedang berhadapan dengan salah satu ketentuan Allah yang belum pernah kuhadapi sebelumnya. Aku juga akan melihat salah satu makhluk-Nya yang belum pernah kulihat sebelum ini".