Senin 25 Jan 2021 08:55 WIB

Oxford akan Uji Potensi 'Obat Ajaib' Covid-19

Peneliti Universitas Oxford menilai Ivermectin sebagai 'obat ajaib',

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Christiyaningsih
 Dosis dingin vaksin Covid-19 yang ditujukan untuk pusat vaksinasi di Rumah Sakit Stuttgart terlihat dalam sebuah kotak di Stuttgart, Jerman, Minggu, 27 Desember 2020. Ilustrasi.
Foto: AP/Marijan Murat/DPA
Dosis dingin vaksin Covid-19 yang ditujukan untuk pusat vaksinasi di Rumah Sakit Stuttgart terlihat dalam sebuah kotak di Stuttgart, Jerman, Minggu, 27 Desember 2020. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Peneliti Universitas Oxford berencana menguji coba obat yang menunjukkan tanda-tanda pengurangan kematian akibat Covid-19 di negara berkembang. Uji coba itu bertujuan untuk menemukan obat yang bekerja segera setelah gejala virus muncul pada pasien.

Percobaan tersebut menilai Ivermectin sebagai 'obat ajaib'. Obat itu biasa digunakan pada ternak dan orang usai terinfeksi cacing parasit. Obat tersebut dianggap punya potensi untuk menyelamatkan ribuan nyawa. Walau demikian, sebagian imuwan lain mengatakan obat itu belum dinilai dengan benar dan kemanjurannya belum diketahui sepenuhnya.

Baca Juga

"Obat ini memiliki potensi sifat antivirus dan antiinflamasi dan ada beberapa percobaan kecil yang dilakukan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang menunjukkan mempercepat pemulihan, mengurangi peradangan, dan mengurangi rawat inap," kata Chris Butler selaku profesor perawatan primer di Oxford dilansir Arab News pada Ahad (24/1).

"Namun, ada celah dalam datanya. Belum ada uji coba yang sangat ketat," lanjut Butler.

Obat tersebut bekerja dengan memblokir masuknya protein ke dalam inti sel sehingga membatasi kapasitas replikasi virus. Analisis awal dari Organisasi Kesehatan Dunia telah menunjukkan tanda-tanda yang menjanjikan.

"Itu bisa menyelamatkan ribuan nyawa sehari," kata Paul Marik dari Sekolah Kedokteran Virginia Timur.

"Datanya menarik: di Meksiko, India, dan Amerika Selatan, angka kematian telah menurun," tambah Peter Horby sebagai profesor Universitas Oxford yang membantu menyiapkan uji coba Covid-19 terbesar di Inggris.

Horby mengatakan, bulan ini data terbaru memang menarik, tetapi belum meyakinkan. Ia menyebut, sebagian besar terobosan dalam perawatan virus corona hingga saat ini berhasil pada pasien yang sudah menderita pada tahap lanjut penyakitnya.

Akan tetapi, Butler dan timnya berharap menemukan obat yang dapat mencegah virus tersebut bertahan di dalam tubuh inangnya. Uji coba ini mencari orang yang berusia 65 tahun ke atas atau mereka yang berusia di atas 50 tahun yang memiliki kondisi kesehatan tertentu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement