Senin 25 Jan 2021 13:30 WIB

AS Kembangkan Baterai Pencegat Rudal Israel di Negara Teluk

Israel menolak mengungkapkan di negara mana pencegat Iron Dome akan ditempatkan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Iron Dome Israel melepaskan tembakan. Ilustrasi.
Foto: Reuters/Amir Cohen
Iron Dome Israel melepaskan tembakan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) akan mengembangkan baterai pencegat rudal Iron Dome dari Israel. Pengembangan ini akan dilakukan di beberapa negara Teluk.

"Saya yakin sistem tersebut akan membantu Angkatan Darat AS mempertahankan tentara Amerika dari ancaman balistik dan udara," kata Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz pada upacara pengiriman baterai kedua.

Baca Juga

Kesepakatan ini dapat dilakukan berkat Perjanjian Abraham antara Israel dan dua Negara Teluk yaitu Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain. Sumber anonim yang dikutip dari Haaretz menyatakan AS telah menerima persetujuan dari pejabat senior Israel untuk mulai menggunakan sistem pertahanan rudal di pangkalan militer AS di sejumlah negara, termasuk di Timur Tengah, Eropa, dan Timur Jauh.

Akan tetapi, pejabat Israel menyangkal bahwa menyediakan sistem Iron Dome adalah bagian dari perjanjian normalisasi dengan negara-negara Teluk. Hal ini karena pembelian baterai Iron Dome oleh AS telah ditandatangani pada 2019, jauh sebelum Abraham Accords.

Organisasi Pertahanan Rudal Israel di Kementerian Pertahanan tiga pekan lalu menyerahkan baterai Iron Dome kedua kepada Departemen Pertahanan AS. Baterai tersebut dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems Israel sebagai bagian dari perjanjian untuk dua baterai Iron Dome yang ditandatangani antara kedua negara pada Agustus 2019.

Pejabat Israel menolak untuk mengungkapkan di negara mana pencegat Iron Dome akan ditempatkan. Namun sumber anonim dari Israel menyatakan negara itu memberikan persetujuan diam-diamnya kepada AS untuk menempatkan baterai untuk mempertahankan pasukannya dari serangan oleh Iran dan proksi.

Sebanyak dua baterai pertama yang dikirim ke AS sebagai awalan saja. Bulan berikutnya, Rafael diperkirakan akan membuka jalur produksi bersama dengan kontraktor pertahanan AS, Raytheon, salah satu perusahaan pertahanan terbesar di dunia, untuk rudal pencegat versi AS.

Kerja sama itu akan memungkinkan Rafael dan Raytheon mengekspor versi AS ke Angkatan Darat AS dan negara-negara lain di Negara Teluk dan Asia Timur.

Selain negara-negara Teluk, penempatan juga diharapkan terjadi di negara-negara Eropa Timur. Upaya ini mempertimbangkan Rusia yang dapat membahayakan pasukan AS atau infrastruktur strategis di negara-negara tersebut.

Kementerian Pertahanan dan industri militer telah meminta badan pengawas untuk melonggarkan pembatasan ekspor pada sistem senjata Israel, termasuk Iron Dome. Industri pertahanan berpikir adalah mungkin untuk membuat versi ekspor dan menjualnya ke sejumlah negara yang sejauh ini telah dihindari Israel untuk menjual sistem senjata canggih.

Pendirian anak perusahaan Rafael di AS dan hubungannya dengan perusahaan pertahanan terkemuka seperti Raytheon yang juga membuat sistem antipesawat Patriot dapat mempermudah Rafael mengekspor Iron Dome versi AS. Bahkan langkah ini dapat dilakukan ke negara-negara yang sampai sekarang terlarang karena pertimbangan keamanan dan diplomatik.

Raytheon memiliki bagian besar dari kesepakatan senjata yang ditandatangani antara AS dan UEA. Kerja sama ini sebagian dari penjualan lusinan rudal jelajah siluman jarak jauh yang dapat diluncurkan dari pesawat F-35.

Pada September 2018, sebuah surat kabar Saudi melaporkan Riyadh telah menandatangani perjanjian untuk membeli baterai Iron Dome dari Israel dengan pihak Amerika bertindak sebagai mediator. Kementerian Pertahanan segera menyangkal laporan bahwa kesepakatan semacam itu telah ditandatangani, meski tidak menyangkal Saudi telah meminta untuk membeli sistem tersebut.

Setelah serangan terhadap kilang minyak dan fasilitas perusahaan minyak nasional Saudi Aramco pada September 2019, Saudi mengajukan permintaan untuk membeli baterai Iron Dome sebagai upaya mempertahankan diri dari ancaman Iran.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement