REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) meluncurkan buku "Jejak Kemandirian Peternak Mustahik". Buku tersebut berisikan gambaran perjalanan serta profil program Balai Ternak Baznas binaan Lembaga Pemberdayaan Peternak Mustahik (LPPM) Baznas.
Peluncuran buku "Jejak Kemandirian Petenak Mustahik" dilakukan secara daring melalui kanal Youtube Baznas TV, pada Senin (25/1). Selain itu, juga menghadirkan talkshow terkait program Balai Ternak Baznas dengan diisi sejumlah pihak yang terlibat dalam program tersebut.
Acara peluncuran buku itu turut dihadiri Pimpinan Baznas, Saidah Sakwan MA yang mewakili Ketua Baznas, Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA; Direktur Utama Baznas, M Arifin Purwakananta; Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Baznas, Wahyu T.T. Kuncahyo; Manajer Ekonomi Baznas, Eka Budhi Sulistyo; serta Kepala Lembaga Program Pemberdayaan Peternak Mustahik (LPPM) Baznas, Ajat Sudarjat.
Saat ini program Balai Ternak Baznas telah memasuki tahun kedua, yang merupakan masa pengembangan program dan inisiasi kader serta kelembagaan lokal untuk persiapan tahap kemandirian.
Menurut Saidah, selama perjalanan program tesebut, banyak tahapan dan pengalaman yang bisa didokumentasikan sebagai sebuah sejarah proses pemberdayaan masyarakat, khususnya peternak mustahik. Atas dasar itulah maka dibuat buku untuk menggambarkan perjalanan tersebut, agar bisa menjadi pelajaran bagi siapa pun yang ingin belajar tentang program pemberdayaan peternak mustahik yang diinisiasi oleh Baznas.
Buku ini berisikan profil program paparan konsep Balai Ternak secara umum, tahapan program, proses intervensi program dan pendampingan, model program, dan target kemandirian peternak. Pada setiap profil Balai Ternak, tergambar proses pembentukan setiap Balai Ternak, struktur organisasi setiap kelompok, jenis usaha yang dijalankan dan sedang dikembangkan, daftar anggota, aktivitas yang sudah dilalui selama program, dampak program secara ekonomi, kelembagaan, dan mental spiritual. Kemudian diakhiri dengan beberapa cerita singkat dari perwakilan mustahik.
"Buku ini diharapkan bisa menjadi inspirasi dan pelajaran bagi setiap pembacanya. Bagian dari setitik pengalaman pemberdayaan peternak yang bisa menjadi sebuah rangkaian penuh makna setiap aktivitas pemberdayaan," kata Saidah.
"Acara peluncuran buku ini sangat baik terutama untuk melihat jejak praktek baik dalam community development dalam pengembangan masyarakat. Karena memang mandatori dari Baznas adalah bagaimana Baznas bisa mengentaskan mustahik. Jadi melakukan ekstensifikasi mustahik dari posisinya mustahik kemudian menjadi muzaki," lanjut Saidah.
Saidah mengungkapkan, untuk itu maka diperlukan social engineering, salah satunya di sektor peternakan. Saidah menyebut, dari data BPS jumlah penduduk miskin Indonesia itu mencapai 26,4 juta jiwa, dari angka tersebut 9,8 persen di antaranya ada di perkotaan, sedangkan 7,3 persen ada di pedesaan.
"Menurut saya indeks ini menunjukkan bahwa angka kemiskinan kita masih masih cukup besar dan data ini menunjukkan garapan dari Baznas itu masih cukup lebar untuk mengentaskan 26,4 juta mustahik yang hari ini harus menjadi bagian dari upaya kita mengentaskan kemiskinan, karena dari angka itu, sebesar 49,41 persen menunjukkan angka di pertanian khususnya juga di perternakan," ujarnya.