REPUBLIKA.CO.ID, MEGAMENDUNG -- Bupati Bogor Ade Yasin terlihat geram saat meninjau rumah sakit (RS) darurat pasien Covid-19 di Wisma Cibogo, Kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. Ia marah karena belum difungsikan sejak diresmikan pada November 2020.
"Kita butuh orang-orang yang kerja dengan risiko. Risiko penularan dan lain-lain. Tapi ini (risiko) sebetulnya bisa berkurang ketika disediakan APD (alat pelindung diri). Jadi rekrutmen relawan yang lambat," ungkapnya usai meninjau bangunan milik PT Artha Graha itu, Senin.
Ia mengaku prihatin karena tak sedikit pasien Covid-19 yang kesulitan mendapatkan tempat isolasi. Pasalnya, belakangan angka penularan Covid-19 di Kabupaten Bogor terus meningkat drastis. "Sekarang masyarakat banyak yang minta isolasi mandiri, padahal situasi rumahnya tidak memenuhi syarat untuk isolasi mandiri. Contoh, kamar mandi hanya satu atau kamarnya tidak bisa sendiri. Ini yang berbahaya, satu orang bisa menularkan ke seluruh anggota keluarga," kata Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor itu.
Ade Yasin meminta kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor segera mengaktifkan pusat isolasi berkapasitas 60 tempat tidur tersebut. "Saya minta ini segera diaktifkan ini sudah lengkap fasilitasnya. Saya minta bagi OTG (orang tanpa gejala) yang tidak memenuhi syarat (isolasi mandiri) di rumahnya, dibawa ke sini untuk kita isolasi sesuai protokol kesehatan," kata Ade Yasin.
Ia meminta Dinkes segera menyediakan 12 tenaga kesehatan (nakes) yang terdiri dari empat dokter dan delapan perawat sesuai kebutuhan jika pusat isolasi tersebut dihuni oleh 60 pasien Covid-19. “Sebanyak 12 nakes itu akan bekerja dengan sistem shif, pergantian shif dilakukan setiap 14 hari sekali. Di rumah isolasi pasien Covid-19 ini, pasien laki-laki dan perempun tidak disatukan, tetapi dibagi menjadi dua blok,” tuturnya.